PT PLN Masifkan Program Humanity Project untuk Industri 4.0

BANDUNG – PT PLN masifkan program humanity project sebagai cara untuk kesiapan menghadapi revolusi industri 4.0. Langkah prioritas yang bakal dilakukan seperti peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

Dalam sambutannya saat Upacara Penutupan Program Pembinaan Fisik dan Karakter Prajabatan S2 tahun 2019 di Sesko AD Bandung, Direktur Human Capital Management PT PLN (Persero), Muhammad Ali mengatakan, bahwa generasi milenial harapan Indonesia yang merupakan talenta PLN, harus memiliki fisik yang prima, jiwa nasionalisme dan kemanusian, kedisiplinan serta tata nilai PLN yang tetap mengutamakan aspek K3.

Hal ini untuk menciptakan perubahan positif bagi Indonesia yang lebih baik. “Siswa Prajabatan S2 angkatan 68 adalah program future leader development yang pertama di PLN. Sehingga, selama program pembinaan fisik dan karakter yang dijalani ada kegiatan kemanusian yang bersifat sosial,” katanya.

Tujuan dari project humanity ini adalah program PLN untuk rekrutmen S2, sebab banyak dari mereka merupakan orang-orang Dispora, sebelum masuk ke PLN.

“Tujuan pertama, kita harus bekali mereka jiwa kebangsaan terlebih dahulu, karena PLN juga merah putih. Kedua, ialah disiplin, karena untuk mengerjakan tugas dengan sukses dan cepat caranya memiliki sikap disiplin,” tegasnya.

Sealin itu, setelah menjalani pelatihan di Sesko AD ini, Muhammad Ali menyebutkan, mereka dapat survive, sebab pada saat di lapangan mereka akan menemukan hal-hal yang berbeda baik itu kondisi yang serba minim dan terjadi bencana alam.

“Mereka harus memilik jiwa korsa terlebih dahulu, sebab mereka akan diposisikan sebagai future leader, maka harus diawali dari paling bawah, mengikuti job training, dari program ini mereka lebih paham bagaimana mengambil keputusan, selanjutnya mereka akan difloating di seluruh wilayah Indonesia,” terangnya.

Selama tiga hari, 32 peserta ini telah mengikuti kegiatan dari humanity project, yang difokuskan di Dusun Cikeyeung Desa Sindangsari Kabupaten Sumedang. Lokasi ini dipilih lantaran wilayah ini berada di pelosok dan kondisi mata pencaharian warga belum memadai.

“Selain itu kondisi geografisnya terjal dan jauh dari jalan besar, bahkan warganya kebanyakan sebagai tukang kebun, petani, kuli bangunan dan buruh,” terangnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan