Pisau ‘Krakatau’ Cimahi Tajam Sampai Italia

Karir Andrijal sebagai konsultan geologi harus berakhir sejak tahun 2013. Pria berusia 42 tahun itu memilih berhenti dari pekerjaan yang digelutinya itu. Kesenangan terhadap seni kriya membuat pria berkacamata itu memilih untuk menekuni kerajinan membuat pisau.

FERBANG RIZKI Cimahi

Dentingan logam bersahutan dengan suara gerinda listrik memenuhi bengkel Rizal, sapaan Andrijal yang terletak di Cihanjuang, Kelurahan Cibabat, Kota Cimahi. Di tempat yang tepat berada di belakang rumahnya itu, ia disibukan membentuk pelat besi dan baja menjadi pisau beragam ukuran.

Pisau yang dibuat Rizal bukan sebatas perkakas tajam semata. Ada nilai estetik dalam setiap karyanya, hingga produk ciptaannya diminati oleh kolektor pisau di mancanegara, seperti Amerika dan Italia.

”Setiap daerah mungkin punya senjata pisaunya masing-masing, seperti di Jawa Barat ada kujang, atau rencong di Aceh. Yang saya buat ini, pisau modern sehingga tak terpatok pada produk yang dibuat leluhur,” kata Rizal, saat ditemui dibengkelnya. Minggu (8/12).

Bapak dua anak itu tak bekerja sendirian. Ada tiga orang yang setiap harinya bahu-membahu membuat pisau. Dari tangan mereka, dalam sehari bisa membuat 30 hingga 50 bilah pisau berbagai jenis.

Pengerjaannya pun dilakukan secara konvensional alias pekerjaan tangan. Bahkan, kata Rizal, kerajinan pisaunya itu pernah mendapat komplain dari buyer asal Italia. Mereka tak percaya jika produl yang dibuat itu hand made.

”Setelah saya fotokan proses pengerjaannya, akhirnya mereka percaya kalau ini bukan buatan pabrik,” ucapnya.

Dalam produksinya, Rizal menggunakan baja dari Jepang dan Jerman. Semua proses pengerjaan, mulai dari membuat pola, pemotongan hingga finishing dikerjakan semuanya di bengkel yang terletak di belakang rumahnya.

Memproduksi pisau yang lekat dengan citra senjata, diakui Rizal sempat menjadi tantangan tersendiri saat dia memasarkan produk yang yang diberinama Pisau Krakatau ini. Sebab, segmen pasarnya masih terbatas.

”Saya tergabung dengan komunitas Indonesian Blade, komunitas pecinta pisau yang cukup solid menurut saya. Dari sana produk saya mulai dikenal,” kata lulusan Teknik Sipil Universitas Winaya Mukti itu.

Menurutnya, pisau yang digemari oleh kalangan pecinta senjata tajam ini mayoritas berasal dari dalam negeri. Selain bahan dan kualitas pengerjaan yang rapi, dari sisi harga juga lebih ekonomis, karena tak memerlukan biaya impor.

Tinggalkan Balasan