Perbanyak Rambu Jalur Evakuasi

NGAMPRAH– Peningkatan status Gunung Tangkuban Parahu yang berada pada level II  atau waspada membuat jajaran relawan potensi SAR Pasundan bersama Bharawana Unjani dibantu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Subang melakukan pemetaan kawasan rawan bencana (KRB).

Lokasi yang berpotensi terdampak bencana letusan Gunung Tangkuban Parahu di wilayah Subang adalah Kecamatan Ciater dan Sagalaherang yang berjarak sekitar 4-5 kilometer dari pusat kawah.

“Kami bersama unsur relawan lainnya membantu warga Ciater dan BPBD, melakukan pemetaan wilayah dalam rangka pemasangan papan penunjuk jalur evakuasi dan titik kumpul, itu sebagai langkah awal,” kata Personel Potensi SAR Pasundan, Asep Koswara di sekitar kawasan Tangkuban Parahu, Lembang, Jumat (23/8).

Asep menyebutkan, pemasangan jalur evakuasi tahap pertama telah dikerjakan sejak tanggal 21 Agustus dan akan terus dikerjakan hingga semua kawasan rawan bencana terpasang jalur evakuasi. Hal ini bertujuan untuk memudahkan masyarakat saat mengungsi atau menentukan titik kumpul manakala terjadi bencana atau hal yang tidak diinginkan lainnya.

“Pemasangan jalur evakuasi baru di dua titik yaitu di Desa Cicenang dan Ciater, ada sekitar 20 papan jalur yang sudah terpasang. Untuk titik kumpul evakuasi yakni di lapangan bola Dawuan dan lapangan parkir barat Ciater,” ungkapnya.

Selain pemasangan rambu jalur evakuasi, dia mengaku, relawan juga membuat konsep mitigasi bencana berbasis masyarakat dengan tujuan menjadikan wilayah Ciater sebagai Desa Tangguh Bencana (Destana) sesuai program BNPB dalam rangka penanganan resiko bencana.

“Warga Ciater diberi pelatihan agar mandiri dalam mitigasi bencana, mulai dari pra bencana, saat bencana hingga pasca bencana. Boleh dibilang, Desa Ciater memiliki satuan SAR sendiri, para orangtuanya bisa diberdayakan membuat dapur umum, dan aparat desa menjadi pusat data warga yang terdampak,” tuturnya.

Lebih jauh, tujuan utamanya yaitu untuk mendidik warga supaya sadar dan mengerti agar dampak jumlah korban dan kerusakan infrastruktur bisa dikurangi jika sewaktu-waktu bencana itu terjadi. Dia menjelaskan, konsep ini akan berjalan berkesinambungan, tidak hanya selesai saat aktivitas Gunung Tangkuban Parahu kembali dinyatakan normal.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan