Penjaga Terakhir Drama Sunda

Siapakah penjaga terakhir drama Sunda? Pertanyaan ini patut diusung ke permukaan setelah melihat begitu minimnya naskah drama Sunda yang muncul di tahun-tahun belakangan. Kondisi seperti ini membuat kekhawatiran tersendiri jika tidak segera dianalisis penyebab untuk kemudian dicarikan jalan keluarnya.

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita dapat melihat peran yang dimainkan oleh sejumlah pihak dalam rangka memepertahankan keberlangsungan drama Sunda. Pihak penerbit buku Sunda, kelompok teater Sunda, sastrawan Sunda, sampai dengan lembaga-lembaga pemerintah yang secara tupoksi terkait dengan hal ini.

Mari kita lihat secara sepintas kiprah dua penerbit utama yang selama ini menerbitkan buku-buku kesusastraan Sunda, yaitu Geger Sunten dan Kiblat Buku Utama. Kedua penerbit ini memang tidak dapat dinafikan membantu keberlangsungan sastra Sunda tetap hidup. Hal ini didasarkan kepada usaha mereka yang masih menerbitkan buku-buku berbahasa Sunda. Yang patut disoroti mungkin konsistensi dan keberpihakannya kepada naskah drama Sunda dalam hal ini yang dapat dihitung dengan jari untuk upaya penerbitannya.

Patut diapresiasi niat penerbit seperti Kiblat Buku Utama yang masih menerbitkan drama Sunda. catatan bagi mereka bisa diarahkan kepada kebijakan ketika mereka memilih menerbitkan ulang naskah-naskah lama. Tengok misalnya saat penerbit ini mencetak ulang karya drama yang berasal dari periode awal kemunculan drama dalam sastra Sunda, yaitu drama Sang Kuriang karya Utuy Tatang Sontani yang sebelumnya terbit pada tahun 1962 oleh penerbit Bhatara. Kenapa mereka tidak menerbitkan naskah-naskah drama baru?

Memang ada buku lain yang pernah diterbitkan, seperti Jeblog. Perlu diketahui bahwa Jeblog adalah buku kumpulan drama pemenang Pasanggiri Penulisan Naskah Drama Sunda yang digagas oleh Teater Sunda Kiwari pada tahun 2007. Artinya, buku ini lebih terkesan sebagai buku proyek dokumentasi, bukan buku yang memang sengaja diterbitkan oleh pengarangnya secara mandiri.

Teater Sunda Kiwari

Di sisi lain, kehadiran grup teater yang mengkhususkan diri pada pertunjukan drama Sunda, Teater Sunda Kiwari yang didirikan oleh R.H. Hidayat Suryalaga bersama Dadi P. Danubrata pada tahun 1975 sedikit banyak telah membantu tetap bertahannya drama Sunda hingga saat ini. Konsistensi mereka dalam mempertunjukkan drama-drama Sunda membuat penulis naskah drama memiliki tempat untuk menyalurkan daya kreativitasnya.

Tinggalkan Balasan