Owa Jawa Kembali, Warga Diimbau Ikut Melestarikan

CIMAUNG – Setelah sekian lama tak terdengar, Owa Jawa kini kembali dilestarikan. Sejak tahun 2013, Yayasan Owa Jawa berusaha memperkenalkan kembali Owa ke Gunung Puntang lewat proses pelepasliaran.

Ketua Yayasan Owa Jawa Noviar Andayani mengungkapkan, puluhan tahun lalu di Gunung Puntang, suara Owa Jawa nyaring terdengar, saling bersahutan. Namun seiring maraknya perburuan,  populasi kera endemik Pulau Jawa menjadi terancam.

”Saya sendiri punya historis tersendiri, karena disertasi saya mengenai konservasi genetika Owa. Dengan Owa saya bisa melanglangbuana dan meyakinkan orang-orang betapa pentingnya spesies primate endemic ini bukan hanya kita, tetapi juga bagi generasi penerus,” katanya dalam acara Eco Camp, belum lama ini.

Menurutnya, Owa Jawa merupakan satwa endemik Indonesia yang hanya hidup di Pulau Jawa, dengan penyebaran yang terbatas di Jawa Barat dan sebagian kecil di Jawa Tengah. ”Gunung puntang merupakan tempat istimewa, karena tempat ini kami pilih untuk kami jadikan sebagai tempat kami kembalikan Owa Jawa dari rehabilitasi setelah dipulihkan kemampuan dan kesehatannya,” katanya.

Noviar menjelaskan, program pelepasliaran Owa Jawa di Gunung Puntang lanjutnya, dimulai dari tahun 2012. Sampai saat ini sudah ada 24 Owa Jawa yang hidup di Gunung Puntang. “Diantara 24 Owa Jawa yang kami lepaskan, ada selebriti Owa Jawa yang diberi nama ‘Asri, oleh Presiden Jokowi, yang bertepatan dengan HUT Asia Afrika, Asri itu  berarti Asri atau kependekan dari Asia Afrika,” jelasnya.

Sementara, Asisten Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kabupaten Bandung H. Marlan menyebutkan, Kabupaten Bandung memiliki lahan yang cukup luas 1.762 km2 dan sebagian besar wilayah hutan.

”Wilayah yang memiliki  geografis yang luas dengan sebagian besarnya hutan, membuat penataan lingkungan di Kabupaten Bandung menjadi tantangan tersendiri. Kita sudah berupaya melakukan pembinaan lingkungan kepada masyarakat yang tinggal dilahan kritis,”jelasnya.

Selain itu lanjutnya, upaya konservasi melalui pola tanam pohon keras di lahan miring terus dilakukan secara masiv dan terstruktur, khususnya tanaman kopi sebagai unggulan. ”Tahun 2019 ini , kita sudah menggelontorkan APBD untuk lingkungan sebesar 97 ,miliar. Hal ini juga berkaitan dengan Perpres No. 15 tahun 2018 tentang Citarum Harum karena wilayah Gunung Puntang termasuk dari hulu Citarum,” paparnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan