Napak Jagat Pasundan Berkomitmen Lestarikan Seni dan Budaya

BANDUNG – Di tengah arus globalisasi di mana dominasi budaya asing sangat beresiko bagi eksistensi seni dan budaya Indonesia, Coklat Kita Napak Jagat Pasundan (NJP) hadir untuk memberikan jalan keluar bagi permasalahan anak muda dan masyarakat umum.

NJP konsisten mempertahankan seni dan budaya dengan menyelenggarakan berbagai kesenian. Hal itu disampaikan oleh Brand Djarum Perwakilan Coklat Kita Bony ST.

“Apa yang kita suguhkan konsisten pada budaya, menggiatkan kegiatan berkenaan dengan budaya sehingga melahirkan value atau sesuatu yang bernilai bagi masyarakat dan seniman,” kata Bony di Desa Lengensari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Sabtu (3/8).

Bony ST menjelaskan, apa-apa yang sudah dicapai pada tahap NJP saat ini tidak lepas dari empat tahapan yang telah dilalui, empat tahapan tersebut yakni tahap Gunen Catur, Lembur Kuring atau Kamonesan, dan Terakhir Hariring.

Bonny ST menyebutkan, antusiasme penonton dan peserta di Napak Jagat Pasundan sangat luar biasa. Dan sebelum tampil di acara akhir pekan kemarin, ada beberapa tahapan yang sudah dilalui.

“Ada 37 paguron dan sanggar yang mengikuti. Mereka terbaik semua,” katanya. Di Langensari, ada beberapa sanggar yang unjuk gigi. Mereka tampil menghibur penonton yang datang.

“Sebelumnya mereka berlatih dulu dengan mentor. Sehingga potensinya bisa keluar maksimal,” ucap Bonny.

Ia berharap ke depannya acara seperti ini bisa diterima oleh masyarakat luas dan anak muda. Program yang dipersembahkan Coklat Kita bagi kemajuan dan kelestarian budaya dan seni khas Jawa Barat ini menampilkan sejumlah pertunjukan seni dan budaya dari para seniman yang hanya di ajang ini bisa mengeksplor pertunjukan-pertunjukan khas kearifan lokal yang selama ini terpendam tanpa banyak diketahui masyarakat, terlebih kalangan milenial.

Helaran yang digelar Sabtu itu, menampilkan 7 sanggar dan paguron terpilih dan hasil kolaborasi pilihan dari 37 sanggar yg terlibat di rangkaian NJP.

NJP yang memasuki usia ke-7 tahun Sabtu lalu dibuka dengan seni bela diri pencak silat, disusul kemudian permainan tradisional lisung. Tak sampai di situ, penampilan Calung Bentar menjelang magrib membuat ribuan penonton, baik di depan panggung maupun di sudut-sudut lapangan lainnya, menjadi sangat terhibur karena benar-benar mampu mengocok perut.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan