Menjaga Kebersihan Hati di Bulan Suci

PADA awalnya hati semua manusia bersih dan berislam, tunduk pada Allah swt. Rasulullah saw bersabda, “Setiap bayi terlahir dalam keadaan fithrah. Maka kedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani, atau Majusi.” (H.R. Bukhari).

Tetapi kemudian, hati manusia menjadi kotor atau rusak karena dua hal:

Pertama, karena dosa yang diperbuatnya. Allah SWT berfirman, “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu (dosa dan kekufuran) menutupi hati mereka.”(Q.S. Al Muthaffifin:14)

Mengomentari ayat ini Nabi Muhammad saw bersabda, “Apabila seorang hamba melakukan dosa, maka di dalam hatinya muncul satu titik hitam. Semakin banyak dosa, semakin banyak pula titik hitam di hatinya. Apabila ia bertaubat, maka hatinya putih kembali.” (Al Hadits)

Kedua, karena penyakit di dalam hati. Hati yang dipenuhi noda dosa akan menjadi hati yang berpenyakit. Jika hati yang berpenyakit itu dibiarkan tertutup noda dosa yang terus menerus bertambah, lama kelamaan hati itu akan mengeras dan akhirnya mati. Jika hati sudah mati, maka akan rusaklah diri. Rasulullah saw bersabda, “…Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik, maka baiklah seluruh tubuh ini, dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari Muslim)

Ibnul Qayyim membagi penyakit hati menjadi dua bagian besar: penyakit syahwat dan penyakit syubhat. Penyakit syahwat, yaitu penyakit hati yang ditimbulkan oleh sikap mengikuti kemauan syahwat. Misalnya, sombong, kikir, pengecut, bohong dan lain sebagainya. Sementara penyakit syubhat, yaitu penyakit hati yang ditimbulkan karena ketidakpahaman atau kurang yakin dengan ajaran Islam, sehingga ia tidak memiliki kejelasan tentang Islam.

Oleh karena itu hendaklah manusia menghindari dosa, menyembuhkan penyakit syahwat dengan selalu ber-mujahadah (bersungguh-sungguh diri dalam ketaatan), menghilangkan penyakit syubhat dengan bersungguh-sungguh mempelajari atau mengaji Islam. Niscaya kesucian hatinya akan senantiasa terjaga. (*)

Tinggalkan Balasan