Maulina Moli

Saat itulah Maulina merasa seperti akan mati. Lalu muncul tekatnyi untuk keluar dari masalah obesitas.

Tidak mudah.

Nafsu makannya luar biasa.

Terutama makanan manis. Seperti cake manis. Cake yang begitu ‘berat’ di mata Maulina bisa berfungsi hanya untuk camilan nonton TV.

“Baru sepuluh paket saya menyerah,” katanyi.

“Di lantai bawah banyak makanan. Lebih menarik dari gym,” guraunya.

Maulina minta ganti cara. Mencoba ikut program diet yang lagi terkenal saat itu: keto.

Ternyata juga terlalu keras. Kian menjalaninya kian kuat mimpinya soal berbagai makanan kesukaannya.

Makanan apa saja kesukaannya?

Semua makanan.

Dengan diet itu dia merasa tersiksa. Lahir batin. Juga depresi.

Dua bulan ikut Keto, Maulina menyerah. Terlalu berat. Terlalu dipaksakan.

Akhirnya dicari cara ketiga: makan obat.

Hasilnya?

Maulina justru sakit. Maag-nya rewel. Berdarah. Maulina muntah darah.

“Kami putuskan sedot lemaknya akan bertahap,” ujar Maulina. “Tahap pertama hanya 12 Kg. Disesuaikan dengan total berat badan. Tidak boleh melebihi prosentasi tertentu,” tambahnyi.

Dia tidak mau jadi Aseng kedua.

Sedot lemak pun dilakukan di Surabaya. Di salah satu rumah sakit pusat kota.

Penyedotan selesai. “Saat dilakukan penyedotan itu sakitnya bukan main,” kata Maulina.

Tapi yang lebih sakit lagi adalah setelah penyedotan. Seluruh bagian perutnyi tidak lagi membiru. Tapi menghitam.

Bagian perut itu harus dibebat kencang. Agar rongga yang terjadi setelah penyedotan bisa rapat kembali.

“Dipegang saja bukan main sakitnya. Apalagi harus dibebat kencang. Menderita sekali,” ujar Maulina.

Maulina wanita cerdas. Dia pelajari banyak sekali bahan terkait obesitasnyi.

Akhirnya dia tahu jalan yang benar: harus lebih bersabar. Jangan terlalu dipaksa. Tapi konsisten. Tidak ada jalan pintas di bidang itu.

Maulina mencari trainer yang seperti itu.

Ketemu.

Sang trainer tiga kali seminggu datang ke rumah Maulina. Di Sutorejo, Surabaya timur. Yang diajarkan pun sangat ringan: hanya mengangkat tangan. Sambil duduk.

Kini Maulina sudah berkibar. Sudah merasa sangat langsing. Sudah berani memejeng-mejengkan badannya: nih sudah langsing.

Dan itu masih 92 kg.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan