Maraknya Import, Mengancam Pengrajin Sepatu Gulung Tikar

DAYEUHKOLOT – Pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM) produk Sepatu di Kabupaten Bandung mengeluhkan, maraknya import saptu.

Ketua Perkumpulan Pengrajin Sepatu Baraya (PPSB) Kabupaten Bandung, Deni Kurniawan mengatakan, akibat banyaknya import sepatu, IKM produk sepatu di Kampung sepatu wilayah Kampung Ciparay Hilir, Desa Cangkuang Kulon, Kecamatan Dayeuhkolot, banyak yang gulung tikar.

”Kelompok PPSB memiliki anggota sekitar 60 orang, namun kebanyakan dari wilayah Cangkuang Kulon, hampir semua mengeluh karena dampak dari maraknya import,” kata Deni saat ditemui di Dayeuhkolot, Jumat (4/10).

Menurut Deni, kondisi pemasaran produksi sepatu saat ini sangat merosot yang disebabkan banyaknya sepatu import dari luar negeri, karena sepatu dari luar negeri sangat murah harganya, mengakibatkan produk lokal mengalami penurunan.

”Kami tidak bisa menurunkan harga, karena bahan baku untuk membuat sepatu setiap tahunnya mengalami kenaikan. Sedangkan penjualan sepatu setiap tahunnya mengalami penurunan harga. Makanya dari anggota kami banyak yang gulung tikar dikarenakan bahan baku mahal, harga sepatu murah dan terlibas oleh produk import,” akunya.

Ia mengaku bertahan disiasati dengan pengurangan karyawan dan sebagian karyawan lainnya di pekerjakan sesuai orderan, karena apabila tidak ada orderan sedangkan para karyawan masih banyak mengakibatkan rugi dan bakalnya gulung tikar seperti pengrajin lainnya.

”Kami memperkerjakan karyawan sesuai dengan orderan, dan saat ini kami mengalami penurunan hingga 40 persen, namun Alhamdulillah saya masih bertahan,” jelasnya.

Saat ditanyakan terkait dengan program Kampung Sepatu yang dicanangkan pemerintah Kabupaten Bandung di wilayah tersebut, Pihak IKM merasa kecewa karena merasa di bohongi. Pasalnya, saat ada rapat koordinasi pihak pemerintah akan mengeluarkan Anggara Rp 1,9 miliar. namun hingga saat, anggara tersebut tidak ada. Padahal, lanjutnya anggaran itu sangat diharapkan oleh para pelaku usaha untuk membeli alat mesin sepatu.

”Hingga saat ini tidak ada wacana anggaran tersebut, sehingga para IKM kecewa. Padahal harapan para IKM sangat besar dengan anggaran tersebut,  karena bisa  meningkatkan produksi lebih baik lagi, karena selama ini para IKM memproduksi sepatu dengan cara manual,” tuturnya.

Tinggalkan Balasan