Lapas Jelegong Ciptakan Inovasi Pengelolaan Sampah

SOREANG – Penanganan permasalahan sampah dan penataan lingkungan masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah Kabupaten Bandung. Penangulangan sampah menjadi tanggungjawab semua. Sebab, tidak memandang jenis, profesi, jabatan. Hampir semua individu, pasti memproduksi sampah.

Tidak terkecuali juga dengan para warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Jelekong, Kabupaten Bandung. Setiap hari, sebanyak 1.388 penghuni lapas tersebut memproduksi sampah sampai delapan gerobak setiap hari.

Kepala Lapas Jelegong melalui Kepala Seksi Pembinaan Bina Anak, Nuryanto mengatakan untuk penanganan sampah di lingkungan lapas. Pihaknya melakukan nota kesepahaman dalam pengelolaan sampah dengan Bank Sampah Bersinar (BSB).

”Kami belum menghitung secara pasti volumenya. Namun kalau diperkirakan mungkin ada sekitar empat meter kubik setiap hari,” Katanya saat ditemui usai penandatangan nota kesepahaman di Baleendah, Senin (24/6).

Menurut Nuryanto, sebelumnya penanganan sampah di Lapas Jelekong hanya mengandalkan kerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bandung. Kerjasama tersebut sebatas jasa pengangkutan.  Tapi, DLH sendiri memiliki keterbatasan kapasitas pengangkutan sampah yang hanya bisa dilakukan sekali atau dua kali dalam sepekan. Akibatnya, sampah sering menumpuk dan menimbulkan bau tak sedap di lingkungan lapas.

”Setiap bulan harus mengeluarkan biaya sampai Rp 2,4 juta. Hal itu lah yang kemudian melatarbelakangi Lapas Jelekong untuk mulai melakukan pemilahan dan pengelolaan sampah yang lebih teratur dengan membentu Kelompok Kerja (Pokja) Pengelolaan Sampah,” katanya.

Ditemui ditempat yang sama, Staf sekaligus Ketua Pokja Pengelolaan Sampah Lapas Jelekong Ramdhan membenarkan hal itu. Namun ia melansir bahwa pengeluaran Lapas untuk jasa pengangkutan sampah berkurang hingga setengahnya setelah pihaknya menerapkan sistem pemilahan sampah oleh seluruh warga binaan.

Ramdhan berharap, kerjasama dengan BSB sendiri nantinya bisa membuat sampah yang tadinya tak bernilai dan membuat pemandangan serta aroma tak sedap, justru bisa bernilai guna dan bermanfaat ekonomis bagi warga binaan.

”Setidaknya tidak akan ada lagi tumpukan sampah di lapas ini dan keterampilan mengelola sampah ini akan menjadi modal bagi warga binaan setelah kembali ke dunia luar,”katanya.

Ramdhan menjelaskan, pihak lapas saat ini sudah menyiapkan lahan sekitar 250 meter persegi untuk tempat pengelolaan sampah terpadu. Selain untuk pemilahan, di lahan tersebut juga akan dibangun komposter dan sarana penunjang lain yang bisa mengubah sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi warga binaan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan