Koridor Radikal

Koridor itu sekarang sudah jadi. Sudah siap dipakai. Pun sebelum peringatan 550 tahun Guru Nanak

Saya ingin ke Pakistan lagi. Untuk melihat peristiwa besok lusa itu. Betapa besar orang India yang akan melewati koridor itu. Pasti mengharukan. Negara Islam memberi fasilitas begitu istimewa kepada umat Sikh. Padahal orang Islam di Pakistan itu banyak yang terpapar radikalisme.

Tapi besok lusa adalah besoknya besok. Tidak mungkin mendapat visa dalam satu hari.

Intinya: biarlah ada yang radikal asal jumlah yang tidak radikal jauh lebih besar.

Imran Khan sebenarnya juga radikal: radikal tengah. Ia masih ingin bikin terobosan lain: dengan Hindu. Ia seperti ingin memanfaatkan ketokohannya sebagai atlet olahraga. Yang netral. Yang sportif. Yang bisa memenangkan pertandingan dengan fair play.

Imran Khan adalah kapten tim juara dunia kriket Pakistan. Yang setelah itu tidak pernah jadi juara lagi. Ia banyak punya teman di India. Yang juga negara kriket.

Tapi upayanya itu terganggu dua hal. Pertama, di India lagi terjadi pasang naik radikalisme Hindu. Kedua, tiba-tiba India ‘masuk’ ke Kashmir.

Tidak ada yang menduga India bakal mencabut status otonomi Khasmir. Lalu memblokir jaringan medsos di sana. Terjadilah ketegangan baru India-Pakistan

Tapi ada juga yang menyalahkan tokoh-tokoh Islam Kashmir sendiri. Yang tidak pernah rukun. Tidak bisa bikin kemajuan. Tokoh-tokohnya sibuk bertengkar antar mereka sendiri –soal politik dan kekuasaan tingkat lokal.

Sebagai negara Islam Pakistan harus membela Kashmir. Apalagi separo wilayah Kashmir itu ada di Pakistan. Saya sempat khawatir konflik baru itu akan menggagalkan proyek Koridor Kartapur. Ternyata Imran Khan berkepala dingin: komitmen akan proyek itu terjaga. Bisa jadi tepat waktu.

Film India memang sampai dilarang diputar di Pakistan. Tapi peringatan 550 tahun Guru Nanak tetap dilangsungkan.

Koridor Kartapur akan menjadi monumen perdamaian.

Bus yang dari Kanada itu pun didesain untuk mengkampanyekan perdamaian. Desain busnya dibuat sesuai dengan misi itu. Lihatlah fotonya. Yang disiarkan oleh media di Pakistan.

Guru Nanak mungkin bisa tersenyum damai besok lusa.(dahlan iskan)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan