Kampung Toleransi Wujud Perdamaian

BANDUNG– Gereja Pante­kosta di Indonesia (GPID) Bandung Jalan Lengkong Kelu­rahan Paledang Kecamatan Lengkong menggelar misa Natal. Sejumlah orang tampak mera­pihkan ruangan, mempercantik pohon Natal, dan beberapa orang lainnya tengah berjaga.

Tak semua dari mereka pen­gurus gereja. Mereka juga tak semua beragama Kristen. Be­berapa di antaranya beragama Islam dan Budha. Mereka adalah warga RW 02 Kelurahan Palendang Kecamatan Len­gkong atau yang lebih dikenal sebagai Kampung Toleransi.

Ini bukan hal yang aneh di wilayah tersebut. Kegiatan tolong menolong antar warga telah menjadi bagian dari kehidupan di sana. Bukan hanya saat Natal, saat pe­rayaan agama lainnya pun warga melakukan hal serupa.

“Itu sudah sejak dahulu kita seperti itu. Kami saling bantu jika ada perayaan kea­gamaan,” kata Ketua RW 02 Kelurahan Paledang Kecama­tan Lengkong, Rini Ambarul­lah, Rabu (25/12).

“Kemarin kita juga bertanya, apa yang bisa dibantu? Me­reka minta warga untuk mem­bantu memasang pohon Na­tal. Ya kita bantu,” imbuhnya.

Rini mengungkapkan, wilay­ahnya memang sangat heterogen. Beragam suku dan agama ada di wilayahnya. Bahkan viraha telah berdiri lebih dahulu sebe­lum masjid dan gereja. “Kehidu­pan kami normal-normal saja. Saling menghormati dan saling membantu,” tutur Rini.

“Nanti malam (kemarin) ada misa Natal, warga juga turut membantu menjaga di sekitar gereja. Ini hal yang biasa dan sudah lama seperti itu,” jelasnya.

Perlu diketahui, di Kota Bandung terdapat 5 kampung toleransi. Selain di Paledang, empat kam­pung toleransi lainnya yaitu, Jalan Luna Kelurahan Jamika Kecama­tan Bojongloa Kaler, Jalan Sasak Gantung Kelurahan Balonggede Kecamatan Regol, Kompleks Dian Permai RW 11 Kelurahan Babakan Kecamatan Babakan Ciparay, dan RW 08 Kelurahan Kebon Jeruk Kecamatan Andir.

Menurut Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana, hadir­nya kampung toleransi merupa­kan wujud indahnya keberagaman di Kota Bandung. Kehidupan beragama di Kota Bandung sel­alu berlangsung dengan damai dan sangat toleran.

“Kota Bandung yang sangat heterogen ternyata sangat to­leran. Kami tidak pernah me­miliki masalah dengan kehidu­pan beragama,” tegas Yana.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan