Jangan Ada Orang yang Berurusan dengan KPK

BANDUNG – Komposisi kabinet jilid II Indonesia maju, dinilai pengamat Politik Universitas Parahyangan (UNPAR) Asep Warlan Yusuf sudah ideal. Artinya, dari 38 mentri sudah seimbang antara independen dan kader partai politik.

Dia menilai, jika dilihat dari sisi komitmen mereka yang duduk di Kabinet itu harus punya loyalitas, soliditas, kompak.

’’Itu merupakan komitmen awal yang harus dipegang,” ucap Asep saat dihubungi via telepon, Bandung, Rabu (23/10)

Kendati begitu, komposisi Kabinet seimbang ini tidak bisa langsung diprediksi kerjanya bagus atau tidak. Sebab belum terlihat kerjanya.

“Kalau hasilnya gimana dari kinerja nanti, kita tidak bisa mengatakan ini lemah, ini jelek, ini bagus yang gitu gitu ya, perlu ada waktu untuk menjalankan tugasnya,” ucap Asep.

Namun, untuk nama-nama menteri yang masuk pada komposisi kabinet jilid II ini jangan sampai ada catatan-catatan dari KPK, karena bisa jadi bumerang bagi Presiden.

Selain itu, menteri-menteri yang terpilih sekarang harus kredibel. Jangan sampai ada persoalan hokum dikemudian hari.

‘’Nah ketika ada kasus Imam Nahrowi itu menjadi pukulan telak bagi Jokowi yang karena tidak memilih menjadi kabinetnya, dan kabarnya sekarang itu ada beberapa orang disana yang pernah ada pemanggilan dari KPK juga atau bahkan sebagai saksi,” katanya.

Dikatakan, Jokowi merupakan sosok orang yang sangat terbuka, sehingga ia bisa menerima masukan dan selalu terbuka bagi orang-orangnya. Tidak hanya itu iapun sangat terbuka bagi orang yang bisa dikatakan bermasalah.

“Dulu pernah dicoba pak Jokowi dengan mendapatkan masukan dari KPK, tapi sekarang tidak kan? Nah artinya pak Jokowi itu sangat terbuka dengan orang-orang yang mungkin saja ada masalah, tapi mudah-mudahan mereka sudah benar-benar berkomitmen diawanya, mereka akan bersihlah dari hal yang sedemikian rupanya,” katanya.

Saat disinggung dengan masuknya kabinet Teten Masduki dan Agus Gumiwang yang merupakan asli Jawa Barat. Asep menghimbau untuk selalu diingatkan tentang Jawa Barat.

“Dari dulu juga kita pernah punya Wapres orang Sunda, tapi tetap saja Jabar mah gitu-gitu saja. Jadi gimana ya kalau disana suka agak susah yah, tapi mudah-mudahanlah dengan adanya Mentri di Jawa Barat itu lebih terbuka dengan aspirasi daerah, mudah-mudahan gitulah. Harus diingatkan dan di desak terus sampai ingat terhadap Jawa Barat,” himbaunya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan