Guo Banon

Sudah lama Bannon punya ambisi menghancurkan Ti­ongkok. Sejak tahun 2008 lalu. “Saat itu saya sudah mengingatkan Amerika akan bahaya Naga Tidur,” kata Ba­non pada Washington Times.

Alumni Virginia Tech, Ge­orgetown University dan Har­vard ini mengaku sangat tahu soal Tiongkok. Ia pernah jadi pengusaha. Punya hubungan dagang dengan Tiongkok. Sering ke Shanghai.

Bannon juga hadir di peris­tiwa yang menggerakkan emosinya ini: pembukaan Olympiade Beijing. Tahun 2008. Yang menakjubkan du­nia itu.

Ia setengah tidak percaya pertunjukan itu terjadi di Bei­jing. Yang di mata Amerika itu negara miskin. Begitu dahsyatnya. Begitu dalam maknanya. Begitu kolosal pengerahan pelakunya.

Dari situlah Banon berke­simpulan: Tiongkok sangat membahayakan.

Ia juga berkesimpulan ade­gan-adegan yang digambar­kan dalam pembukaan itu satu pertanda: Tiongkok pu­nya ambisi menguasai dunia. Tiongkok juga merindukan kejayaan masa lalunya. Yang sejarahnya lebih dari 4000 tahun.

Bannon pun mendirikan satu komite: Bahayanya Ti­ongkok saat ini. Yang terus berusaha menyadarkan ra­kyat Amerika akan datangnya bahaya dari Asia itu. Juga terus mempengaruhi elit-elit politiknya.

Usaha Bannon itu seperti dapat siraman bensin. Dua tahun lalu. Saat ia diperte­mukan dengan satu orang ini: Mile Kwok. Tinggal di salah satu apartemen sangat mahal di Manhattan, New York.

Nama asli orang ini Guo Wen Gui (郭文贵). Umurnya 49 tahun. Aslinya dari pedalaman Shandong. Dari satu kota ke­cil antara Jinan dan Zhengz­hou. Saya pernah jalan darat melewati kota ini.

Baru tahun 2015 Mile Kwok datang ke Amerika. Melarikan dari. Dari kejaran KPK-nya Tiongkok.

Mile Kwok sangat kaya. Apar­temennya saja sebuah pent­house seharga lebih Rp 500 miliar. Pernah menjadi orang terkaya nomor 70 di Tiongkok.

Orang ini pernah sangat terkenal di Beijing. Nama grup perusahaannya: Zenith Hol­ding. Perusahaan inilah yang mendapat banyak proyek. Membangun gedung-gedung yang terkait Olympiade Beijing.

Kini Mile Kwok terus ber­hubungan dengan Banon. Menyediakan bahan apa saja untuk menggempur Ti­ongkok. Termasuk meny­ediakan modal bagi gerakan LSM anti Tiongkok yang ia dirikan. Senilai lebih Rp 1, 4 triliun.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan