Golkar Desak KPU Evaluasi Penyelenggaraan Pemilu

BANDUNG – Banyaknya kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) yang meninggal dunia akibat kelelahan melaksanakan tugas sebagai penyelenggara pemilu mendapat perhatian serius dari Ketua DPD Partai Golkar Jabar Dedi Mulyadi.

Dia mengaku sangat prihatin dengabn banyaknya anggota KPPS dan anggota keamanan yang meninggal setelah menjalankan tugas sebagai penyelenggara Pemilu Presiden pemilihan maupun legislatif dan DPD.

Menurutnya, KPU harus segera melakukan evaluasi total terhadap penyelenggaraan pemilu tersebut. Terutama, adanya beberapa petugas penyelenggara pemungutan yang meninggal dunia pada 17 April kemarin.

“Banyaknya petugas KPPS yang meninggal membutuhkan penyikapan yang serius dari pemerintah. Setelah proses Pemilu selesai ini harus dievaluasi segera pemerintah,” katanya di Bandung, Jumat (19/4).

Dedi menilai, kasus meninggal dunia anggota KPPS dan anggota keamanan banyak disebabkan kelelahan dan kondisi fisik yang kurang prima. Sebab, dalam pemilihan kali ini proses pemungutan suara menggabungkan pemilihan presiden, DPR hingga DPRD tingkat kabupaten. Sehingga, untuk perhitungan suara ditingkat TPS memakan waktu sangat lama.

“Ini pemilu paling melelahkan, memakan waktu dari pagi hingga larut malam,” ujarnya.

Dedi menuturkan, sejak proses pemilihan hingga penghitungan suara, banyak tempat pemungutan suara (TPS) baru menuntaskan sampai dini hari bahkan menjelang pagi hari. Ini pun, belum jika terjadi pencoblosan ulang hingga penghitungan ulang.

Dedi memandang, para penyelenggara pemilu seringkali mendapat berbagai tekanan hebat dari berbagai pihal jika sedikit saja terjadi kesalahan. Tekanan psikologis dari
para calon legislatif yang iuga menjadi tim sukses kampanye presiden.

“Tekanan psikologisnya jadi beragam, harus ngurus Pilpres terus legislatif. Konsentrasi bisa terpecah, belum lagi kelelahan cape,” kata Dedi.

Selain itu, KPU juga harus bisa memberikan perhatian terhada durasi kampanye yang terlalu panjang. Sehingga, pada Pemilu 2019 kali ini menyebabkan masalah psikologis sosial yang begitu berat menghabiskan waktu, tenaga dan pikiran.

“Seharusnya Pemilu dibuat serileks dan menyenangkan bagi seluruh pihak,’’ tuturnya. (yan)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan