Generasi Milenial Kerap Dimaknai Negatif

BANDUNG – Diera tekno­logi digital sekarang ini, peng­gunaan kata milenial lebih familiar bagi generasi muda dengan rentang usia 20-35 tahun. Bahkan kata milenial kerap dipakai dengan makna yang bergeser dan lebih ter­kesan jadi label yang negatif.

Hal itu dikatakan, Manager Komunitas Riset Siberkreasi Adya Nisita, di Bandung Cre­ative Hub, Jalan Laswi No.7, Kacapiring, Batununggal, Kota Bandung, Rabu (20/2).

”Menurut BPS (Badan Pu­sat Statistik) generasi mile­nial adalah generasi dengan rentang usia 20-35 tahun. Namun di era digital ini kata milenial jadi kontruksi sosial,” ujar Adya.

Sebenarnya, lanjut Adya, generasi milenial dalam proporsinya lebih banyak hidup dan beraktivitas di desa yang tidak tersentuh internet dan jauh dari ke­mewahan. Namun kenya­taannya, saat ini milenial malah jadi kontruksi label bagi anak manja.

”Pada 2019, jumlah mile­nial ada 23,77 persen dari total penduduk 268 juta jiwa” tandasnya.

Ditempat yang sama, Ke­pala Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Kota Bandung, Ahyani Raksana­gara menambahkan, saat ini milenial banyak diasum­sikan orang sebagai anak muda yang sangat dekat dengan teknologi. Sehingga, jika bicara milenial, maka akan selalu dikaitkan dengan generasi yang paham akan teknologi.

”Generasi milenial seha­rusnya mampu menjaring mana yang di serap dari teknologi tersebut. Bukan yang sekedar eksis di sosial media. Bahkan sekarang ini banyak milenial yang tidak memfilter kata-katanya di jejaring sosial, sehingga tak sedikit dari mereka yang harus menanggung pertang­gung jawaban akibat cuitan­nya di sosial media,” pung­kasnya. (Mg1/ziz)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan