Gairah Menulis dan Tantangan Bercerita 30 Hari

Pergantian tahun 2019 yang sudah lewat disambut dengan sebuah gerakan menulis. Gerakan yang bukan digelar untuk pertama kalinya ini berhasil menyedot animo besar dari para pengguna Instagram. Secara konsep memang sederhana dan gampang diikuti oleh para peserta.

Tinggal mengunggah gambar beserta caption dengan tema yang terkadang diatur oleh penggagas acara. Dibubuhkan pula tanda pagar seseuai yang ditentukan panitia. Yang dianggap sulit dari kegiatan ini adalah konsistensi peserta untuk rutin menulis selama sebulan penuh tanpa jeda. Setiap hari, para peserta diminta menggunggah cerita yang berbeda sekreatif mungkan dengan batas waktu sebelum hari berganti.

Tantangan seperti ini merupakan alih bentuk dari menulis catatan harian yang biasa kita lakukan saat masih duduk di sekolah dasar. Perbedaannya adalah rupa medium yang dipakai. Dulu menggunakan buku sebagai wadah menuangkan cerita. Kini memanfaatkan platform digital yang lebih mudah untuk mengarsipkannya.

Antusiasme yang ditunjukkan masyarakat merupakan angin segar bagi dunia literasi. Minat baca dan menulis yang selama ini dinilai menurun tidak tercermin setelah kita menyaksikan linimasa yang dipenuhi kiriman soal gerakan menulis. Kualitas tulisan yang dibuat para peserta juga tidak kalah dengan bikinan para penulis kenamaan.

Kabar gembira yang mesti kita apreasiasi. Pertanda baik untuk lebih mencerdaskan masyarakat melalui tulisan. Hal-hal seperti inilah yang mestinya menghiasi pemberitaan media massa dan sosial media kita. Bukan melulu menghadirkan ketakutan lewat hoaks yang tak hentinya disebar.

Proyek 30 hari ini harusnya dilirik dan mendapat tempat dari pemerintah. Perhatian pemerintah dapat diwujudkan melalui mewadahi penulis yang lahir dari ajang ini. Para penulis lantas diberikan akses serta ruang untuk menembus meja penerbit. Dengan demikian, karya tulisan bangsa ini kian beragam.

Untuk kita yang baru akan mengawali kiprah di dunia kepenulisan, bergabung ke program ini merupakan langkah tepat. Niat kita untuk terjun menjadi penulis akan diuji. Bagaimana kita meluangkan waktu sejenak untuk menulis di tengah sibuknya jadwal. Bagaimana kita dipaksa untuk memutar otak supaya melahirkan tulisan yang ringkas namun padat arti. Bagaimana kita bisa memperluas jaringan, koneksi, dan menguatkan citra diri hanya melalui sebuah unggahan di media sosial. Betapa dahsyatnya kekuatan dunia maya. Rekam jejak kita mudah sekali dicetak.

Tinggalkan Balasan