Dunia Tertarik Kepada Kewirausahaan Pesantren

Nurul Iman adalah pesantren dengan jumlah santri 15.000 orang terdiri dari PAUD, hingga perguruan tinggi. Para santri ini digratiskan dari biaya pendidikan, sehingga Nurul Iman harus mandiri membiayai kegiatannya.

Sementara itu, anggota DPRD Jabar Yuningsih menyambut baik pengiriman perwakilan pesantren OPOP ini ke World Halal Summit. Dia berharap bahwa program OPOP ini bisa berlangsung terus dan lebih banyak lagi pesantren yang bisa tampil di pameran-pameran tingkat dunia, dan memasarkan produknya keluar negeri.

Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini mengatakan, bantuan OPOP jauh lebih bagus dibanding hibah biasa. Sebab, dengan OPOP ini bantuan lebih terarah, ada pendampingan dan ada sasaran lain, seperti kebangkitan ekonomi dan networking. Yuningsih berharap bahwa system pesantren Indonesia yang juga berfungsi sebagai agen pembangunan di wilayahnya, bisa menjadi model bagi pesantren lain. Dia juga berharap agar tiap pesantren mengemukakankeunikan-keunikan produknya.

”Kami di DPRD akan mendukung program OPOP ini, karena saya melihat aspek positif untuk penguatan pesantren ke depan,”ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha kecil Jabar Kusmana Hartadji mengatakan, dia merasa bangga bahwa beberapa pondokpesantren memiliki produk-produk yang diunggulkan dan menembus pasar. Kita mempunyai 88 pesantren yang dianggap unggul tingkat provinsi. Lima pesantren ini merupakan role model yang diajukan Pemprov Jabar ke dunia internasional dan mendapat sambutan hangat.

“Saya melihat langsung antusiasme pasar luar negeri dengan pesantren-pesantren ini dalam World Summit ini. Terbukti dengan adanya MoU-MoU pembelian produk-produk pesantren kita,” ujarnya.

Dia mengatakan, untuk memenuhi permintaan pasar dunia ini, maka semua pesantren harus bekerja sama, karena tidak mungkin pesanan yang banyak itu dipenuhi satu pesantren saja. Selain itu, tindaklanjut dari pameran internasional ini perlu melibatkan dinas-dinas lain di luar Dinas Koperasi dan Usaha Kecil.

”Kita harus libatkan dinas lain dan  konsultan ekspor agar bisa merespons komitmen bisnis dengan cepat,” katanya.

Tentang expo di masa mendatang, dia berharap agar pesantren yang ikut lebih dari lima. Namun pesantren itu harus punya kemapuan berkomunikasi, memahami system perdagangan. ”Dalam pameran seperti ini, kendalanya adalah bahasa. Perusahaan-perusahaan yang bertransaksi dengan pesantren kita berasa dari negeri-negeri yang berbahasa Prancis, Afrika, Arab, Rusia dan lain-lain,” ujarnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan