Disparbud Apresiasi Soal Konsistensi Tradisi Kearifan Lokal

NGAMPRAH – Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Bandung Barat mengapresiasi lapisan masyarakat yang masih konsisten menjaga tradisi kearifan lokal.

Seperti halnya masyarakat di sekitar Gunung Tangkubanparahu, tepatnya di Desa Jayagiri, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat yang masih menjaga tradisi dan kearifan lokal. Salah satunya, dengan gelaran upacara adat tahunan Ngertakeun Bumi Lamba yang akan dilaksanakan pada 23 Juni nanti.

Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan KBB Aa Wahya menjelaskan, upacara adat tersebut merupakan wujud rasa syukur terhadap sumber daya alam di sekitar gunung. “Upacara adat akan berlangsung sakral diiringi musik dan tarian Sunda serta doa-doa,” katanya, Rabu, (19/6).

Untuk diketahui, upacara tersebut bertepatan dengan tanggal 1 Kapitu 1941 dalam kalender Suryakala Sunda. Kapitu adalah bulan ketujuh di mana matahari baru kembali dari paling utara bumi menuju ke selatan dalam kepercayaan Sunda.

Inti dari kegiatan tersebut yaitu sebagai ungkapan rasa syukur terhadap berbagai sumber daya alam yang disediakan bagi manusia, seperti air, hutan, dan pegunungan. Dengan melestarikan budaya tersebut, diharapkan masyarakat dan juga pemerintah semakin sadar untuk menjaga kelestarian alam.

“Upacara ini terbuka untuk umum dan akan dimulai pukul 7 pagi. Warga yang hadir disarankan memakai wewangian dan membawa hasil bumi serta memakai pakaian adat/tradisional,” katanya.

Menurut Aa, berbagai daerah lainnya di Bandung Barat juga masih melestarikan kegiatan serupa, di antaranya ngaruwat lembur, ngamandian ucing, dan perang tomat. Selain merupakan pelestarian budaya, berbagai kegiatan tersebut juga berpotensi menjadi daya tarik wisata.

Saat ini, pihaknya juga tengah menginventarisasi berbagai kegiatan budaya di Bandung Barat agar bisa dipromosikan kepada masyarakat luas. Dia mengakui, beberapa pemangku adat masih belum terbuka soal kegiatan adat yang mereka lestarikan.

“Kami terus memberikan mereka pemahaman bahwa kegiatan ini merupakan identitas budaya yang perlu dipertahankan dan didukung oleh banyak pihak. Sebab kegiatan ini sangat mahal harganya yang merupakan turnan dari dulu,” pungkasnya. (drx)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan