Dede Suryana Dedikasikan Hidupnya Selama 32 Tahun Sebagai Guru Honorer

”Anak saya yang ke dua memiliki kebutuhan khusus, saya belajar bagaimana penerapan dan cara mengajar melalui dia, dan ternyata semua siswa berbeda cara pengajarannya,” terang ayah dari tiga orang anak ini.

Saat ini, Dede menilai pendidikan masih mengutamakan persaingan ketimbang kolaborasi. Yang dinilainya sangat tidak efektif dalam proses peningkatan kualitas dan menggali potensi para siswa.

”Setiap anak pendekatannya berbeda. Tidak bisa disamaratakan. Guru di sekolah harusnya lebih menerapkan nilai-nilai kolabirasi kepada para siswa, agar potensi mereka dapat digali,” ungkapnya.

Sejatinya sekolah harus menjadi tempat yang menyenangkan bagi para siswa. Lelaki paruh baya ini mengungkapkan bahwa guru harus lihai melihat karakter dan potensi siswanya. Menurutnya, guru saat ini kebanyakan hanya mentransfer ilmu. Padahal seharusnya guru bisa mengajarkan hal-hal lebih kepada anak, agar ilmu yang didapat bisa diimplementasikan oleh para siswa.

Pembelajaran layanan inklusif, kata Dede harus diterapkan di sekolah-sekolah reguler, bukan pada sekolahnya yang menjadi inklusif tetapi pada pelayanan belajarnya yang harus bersifat inklusif. Dia juga mengungkapkan bahwa hal terpenting ketika mengajar siswa sekolah dasar, hal yang harus diutamakan adalah pendidikan karakter sejak dini.

”Siswa kelas 1 sampai 3 SD harus lebih banyak diajarkan tentang pendidikan karakter. Siswa jangan dituntut harus segera pintar matematika, tetapi seperti kenapa dia harus belajar matematik, dan manfaatnya untuk kehidupan. Atau pelajaran terkait kehidupan keseharian dia,” jelasnya.

Sebagai guru honorer, penghasilan yang didapat olehnya sangat kecil. Penghasilan yang kecil itu tidak menyurutkan kemauannya untuk terus belajar dan memberikan pembelajaran yang baik kepada para siswanya.

”Honorer juga bisa berkaya. Bagi guru honorer di luar sana. Jangan berkecil hati,” seraya memberi semangat pada rekan-rekannya yang senasib dengan dirinya.

Sebagai bukti, karyanya terkait dengan pendidikan Pemberdayaan Tutor Sebaya ini bisa efektif bagi siswa. Dede mengungkapkan bahwa dalam konsep pendidikan Tutor Sebaya ini ada dua tujuan utama, yaitu meningkatan motivasi belajar bagi para siswa dan yang kedua yaitu meningkatkan hasil belajar siswa.

”Implementasi dari tutor sebaya ini yaitu melibatkan siswa reguler untuk mengajar pada siswa berkebutuhan khusus. Jadi para siswa saling memberikan pembelajaran. Dan ini juga menimbulkan empati dari siswa reguler kepada kawannya yang berkebutuhan khusus,” tuturnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan