Dari Parit ke Xinjiang

Ada restoran Grandma Kitchen (???). Yang luasnya cukup untuk menyimpan satu juta lipstiknya Saskia Gotik. Pun restoran itu penuh. Bukan hanya dalamnya. Juga tempat antrean di luarnya.

Pindah ke restoran Muslim Dong Laishun (???). Sama saja –tidak muatnya.

Terlalu banyak manusia di Beijing –tapi saya belum pernah melihat sebanyak itu.

Dari keramaian London ketemu keramaian Beijing.

Hari ketiga saya merdeka –mendarat di Xinjiang.

Sejak dua jam sebelum mendarat pun –dari penerbangan 3,5 jam– sudah sangat lengang: tidak terlihat apa-apa. Kecuali gunung batu dan Gurun Gobi.

Sejak melintas di atas dua provinsi sebelum Xinjiang pun –Ningxia dan Gansu– tanahnya sudah gobi.

Kelak saya akan bercerita: apa beda gurun pasir dan Gurun Gobi.

Di Xinjiang saya keliling ke sudut-sudut provinsi itu. Sampai dekat perbatasan Mongolia. Perbatasan Rusia. Perbatasan Tajikistan. Perbatasan Kazakhstan. Dan perbatasan Afghanistan.

Propinsi otonomi Xinjiang –yang mayoritas Islam– berbatasan dengan begitu banyak negara.

Dulu saya pernah ke Xinjiang. Tapi hanya di ibu kota provinsinya. Kini saya 10 hari di satu provinsi ini saja. Menjelajah 10 kotanya. Dan puluhan desanya.

Untung BoJo –Boris Johnson– menjauh dari selokan. Saya bisa menjauh ke Xinjiang. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan