Buka Saung Baca di Pinggir Sawah

BANDUNG – Saung Baca Baraya Pangguh, berdiri di pinggir pesawahan Kampung Biru RT 03 RW 19 Desa Pangguh Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung. Gerakan literasi diusung oleh tiga orang penggagas.

Salah satunya adalah Saiful Anwar. Dia menuturkan awal mula mendirikan saung baca ini terinspirasi dari penggerak literasi mang yayat yang berhasil diundang ke Istana Negara.

“Mang Yayat aja bisa, masa saya sebagai akademisi yang dibekali modal dari perkuliahan tidak bisa” jelas Saifuk ketika ditemui kemarin. (3/2).

Merintis saung baca saat itu Saiful sedang menempuh pendidikan di Politeknik Piksi Ganesha, sedangkan dua orang temannya yaitu Acep Abdul Aziz merupaka Mahasiswa UPI, dan Atep Taryana yang bekerja sebagai karyawan Butik.

“Alhamdulillaah kami mendapatkan suport dari Bu Lilis sebagai pengajar Kober pemilik saung yang kami tempati sekarang untuk dimanfaatkan sebagai fasilitas gerakan literasi” ungkapnya.

Saiful menambahkan survei telah dilakukan terhadap lingkungannya terkait minat baca yang ternyata masih sangat rendah, juga masih banyak sekolah yang tidak memiliki perpustakaan.

“Saya sadar karena minat baca yang sangat rendah harus digerakkan dengan cepat. Saya dan tiga teman saya modal patungan mengumpulkan buku. Saat itu terkumpul 47 buku” tuturnya

Dia menjelaskan, berbagai ejekan, tertawaan dari masyarakat sering didengar. Hingga dua orang temannya hendak memutuskan untuk mundur.

“Saya bangkitkan lagi semangat teman saya ketika mereka memilih untuk menyerah, karena saya yakin proses yang sakit ini akan membuahkan hasil yang indah. Suatu saat akan tercipta masyarakat yang gemar berliterasi” tuturnya

Dia mengungkapkan 18 Oktober 2017, peresmian Saung Baca dengan mengundang tokoh-tokoh masyarakat.Dan ternyata, tokoh masyarakat positif, dari Desa difasilitasi peralatan seperti proyektor, dan peralatan penunjang lainnya. Dari Kecamatan difasilitasi program-program kegiatan” tuturnya

Dia menjelaskan saat ini anggota penggerak literasi sudah mencapai 25 orang. Terdiri dari tujuh orang mahasiswa, delapan orang pelajar, dan 10 orang pekerja.

“Kita menjalankan program-program seperti sosialisasi ke sekolah, minta ijin ke sekolah untuk dijadwalkan satu bulan sekali berkunjung ke saung baca untuk kegiatan literasi. Kemudian GEMA (Gerakan Minggu membaca) kami turun langsung ke jalanan, pertama launching di jembatan kuning kamojang, dan respon positif sampai saat ini banyak request dari daerah lain untuk mengadakan Gema disana” tuturnya (mg1/yan).

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan