BPR Grup Polin Merger Siap Layani Masyarakat Pelosok se-Jawa Barat

BANDUNG – Bergabungnya Sembilan PT Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Grup Polin merger dengan PT BPR Sinar Mas Pelita masuk nominasi Bank terbesar ke-tiga di Jawa Barat. Pasalnya, BPR Grup Polin ini mampu bersaing dengan tambahan modal hampir 54 M dengan total aset 248 M.

Ke-sembilan BPR tersebut adalah BPR adalah BPR Sumber Ekonomi, BPR Arthamutiara Permai, BPR Polin Jaya, BPR Nauli Dhanaraya, BPR Mustika Permai, BPR Dipon Sejahtera, BPR Sahat Sentosa dan BPR Sehat Ekonomi.

Komisaris Utama PT Bank BPR Grup Polin Merger, Mikael Ridwan Iswanto mengatakan menggabungkan kesembilan BPR ini untuk memperkuat dan memberikan kekuatan baru untuk memberikan penawaran yang lebih pada masyarakat

“Secara penggabungan memang awalnya kita ini kan satu grup dalam BPR hampir sembilan BPR kita rekrut nama kita berbeda -beda tapi melihat merujuk tentang kekuatan modal tentang persaingan dengan adanya Bank Umum dan kegiatan mikro karena mau gak mau kita BPR menggabungkan diri untuk memperkuat memberikan kekuayan baru memberikan penawaran yang lebih pada masyarakat,” kata Mikael saat ditemui di Kantor PT BPR Sinar Mas Pelita, Bandung, Rabu (2/10).


Mikael berharap dengan adanya penggabungan sembilan BPR ini mampu berkolaborasi serta membuat terobosan baru sehingga bisa membuka sayap kepada masyarakat luas.

“Harapan saya sebagai direktur utama untuk bpr bpr yang lain agar bersama bersaing dengan sehat bukan berarti dengan tidak sehat dengan adanya ini tentunya saya bersaing dengan bpr yang lain yang akan berkolaborasi mungkin dari kekurangan apanya contoh kurang bersaing dengan sehat bukan tidak dengan sehat, justru kita ingin pelayanan nasabah,” harapnya.

Sementara itu, Direktur Utama PT Bank BPR Grup Polin Merger mengatakan langkah penggabungan BPR ini akan mencoba anggarkan sebesar 50 M untuk menyalurkan kredit kepada mikro tentunya mikro ini bukan mikro yang menengah tapi mikro yang kecil sekali dibawah 25 orang yaitu dibagi 50 sampai 60 M untuk tahun ini 20 cabang.

“Sementara ini kami belum ada kesana baru melayani khususnya kredit dan simpanan seperti umumnya saja hanya secara teknologi kita masih menggunakan konsep yang mendekati masyarakat karena kenapa saya tidak berani langsung atau gimana karena kita punya tugas literaksi tidak semua masyarakat pedesaan ini mengerti tentang bank walaupun mereka tau, mengedukasi masyarakat jangan sampai mereka dibohongi pinjaman murah tapi bunga nyekek gtu 30% 40% itu tugas kami memperbaik jaringan dengan edukasi yang sebenarnya tradisional ya kami belum membicarakan tapi mudah mudahan ini bisa menerap dan digunakan oleh masyarakat atau masyarakat pinggiran lah saya pikir kalau masyarakat kota masyarakat pinter,” katanya

Tinggalkan Balasan