BPF Bandung Dapat Menjadi Master

Penurunan ekonomi Singapura juga tidak lepas dari dagang antara Amerika dengan China, bahkan penurunan tersebut dinggap wajar sebagi fenomena ekonomi dan hukum ekonomi yang dinamis. Hanya saja perbedaan sikap antara ekonomi Singapura dan Indonesia salahsatu dasar penentu kebijakan dalam negeri. Investor Singapura selalu memberanikan diri terlibat dalam perdagangan internasional dari dunia vertual seperti melalui perusahan pialang, sikap ini mungkin berbeda dengan Indonesia, lebih memilih ragu sebab belum ada kepastian situasi pasar sehingga tidak melakukan apapun.

Bahkan bagi Indonesia, posisi Rupiah di level Rp 14.166 per dollar melemah 0,18 persen, bahkan menurut Bank Indonesia, kurs tengah rupiah melemah tipis 0,10 persen ke level Rp14.140 per dollar AS laporan per 15/10/2019.

Yang harus dipahami bersama bahwa perang dagang internasional merupakan praktek resmi dijalankan oleh semua negara, jajaran kementerian keuangan RI pun sebetulnya tidak terlalu mengkhawatirkan fenomena itu, sebab Indonesia masih bisa bertahan dengan pertumbuhan ekonomi relatif stabil hanya 5 persen, meskipun tidak memenuhi target, namun ada faktor lain yang harus kita ketahui bahwa kebijakan peminjangan hutang kepada International Monetery Fund (IMF) bagian dari kebijakan fiskal dengan catatan dana peminjaman tersebut bukan untuk menutupi anggaran negara yang kurang dan menutupi subsidi tapi digunakan untuk pembangunan infrastruktur.

Deskripsi di atas cukup lugas menjadi logika ekonomi kita dalam menganalisis situasi yang sedang berkembang, dalam skup kecilnya, misalkan hadirnya perusahaan pialang di kota bandung, PT Bestprofit Futures Bandung secara tidak langsung sebagai penyeimbang stabilitas ekonomi regional Bandung.

Apalagi PT Bestprofit Futures Bandung dalam catatan triwulan III mengalami kemajuan signifikan, dalam laporanya kerja triwulan III telah membukukan total volume transaksi sebesar 830.395 lot atau naik 42.16% dan mengantongi pertumbuhan jumlah nasabah sebesar 75.86 persen, sehingga saat ini menjadi 102 nasabah dibandingkan tahun 2018 hanya 58 nasabah.

Meskipun volume transaksi bilateral masih menjadi katalis utama sebesar 757.097 lot sama dengan memberikan kontribusi sebesar 91.17% dari total volume transaksi dibandingkan multilateral sebesar 73.298 lot atau hanya menopang sebesar 8,82%. Namun BPF terus optimis memajukan transaksi multilateral.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan