Berli Jabat Kadinkes

BANDUNG – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil melantik Berli Hamdani Gelung Sakti sebagai Kepala Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat di Aula Barat Gedung Sate, Jalan Diponegoro No. 22, Kota Bandung, Rabu (7/5/19).

Pelantikan itu berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor: 821.2/Kep.322 BKD/2019 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan Kepala Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat atas nama Berli Hamdani Gelung Sakti, MPPM, dr. yang ditetapkan di Bandung pada 7 Mei 2019.

Nama Berli Hamdani dipilih setelah menjalani sejumlah proses seleksi terbuka periode kedua pada 11 sampai 23 Maret 2019.

Proses seleksi tersebut dila­kukan dengan komprehensif, mulai dari administrasi, kom­petensi, penulisan makalah, review rekam jejak, sampai wawancara.

“Beliau (Berli Hamdani) orang pintar, gagasannya luar biasa setelah diseleksi di periode dua ini. Akhirnya, memang skornya yang paling tinggi dan memenuhi syarat,” kata Emil –sapaan akrab Rid­wan Kamil– saat ditemui usai acara pelantikan.

Dalam arahannya, Emil me­minta Berli melakukan upaya inovasi dan kolaborasi untuk meningkatkan indeks keseha­tan Provinsi Daerah Jawa Barat. Salah satunya dengan mem­bimbing dinas-dinas kesehatan tingkat Kabupaten/Kota.

“Jangan hanya fokus di pro­gram Provinsi, tapi juga se­perti biasa membimbing dinas-dinas kesehatan di 27 Kabu­paten/Kota (di Jawa Barat). Karena, indeks kesehatan Jawa Barat akumulasi dari nilai-nilai (indeks kesehatan Kabupaten/Kota),” ucapnya.

Persoalan utama yang mes­ti menjadi fokus Berli Ham­dani adalah kematian ibu, kurang gizi, penyakit menular (HIV, TBC, malaria), dan tidak menular (hipertensi, diabetes, obesitas, kanker).

Maka itu, Emil meminta Berli Hamdani untuk meng­kaji sejumlah program pen­cegahan, termasuk merancang biayanya. Sebab, fokus Pe­merintah Daerah Provinsi Jawa Barat saat ini terarah pada program yang berkaitan dengan pencegahan.

“Saya titip dengan (pendu­duk Jawa Barat) 48,7 juta ba­nyak penyakit yang berhu­bungan dengan gaya hidup, sehingga tadi saya titipkan tolong dikaji biaya pencega­han dan program-programnya mau kita galakkan,” katanya.

“Karena kalau kita hanya fokus biaya kuratif (pengoba­tan) dan turunannya itu jauh lebih mahal,” sambungnya.

Tinggalkan Balasan