Banyak PNS Tertarik Ideologi Selain Pancasila

JAKARTA– Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah menegaskan, Aparatur Sipil Negara (ASN) atau Pegawai Negeri Sipil (PNS) harus loyal kepada Pancasila, bangsa dan negara. Bukan pada negara lain apalagi pada ideologi lain.

”Loyalitas tunggal ASN adalah kepada Negara dan Ideologi Pancasila,” ujar Basarah saat menjadi Keynote Speaker dalam acara bertajuk “Rapat Koordinasi dan Sinkronisasi dan Metode Melalui Dialektika Pembinaan Ideologi Pancasila untuk Masa Depan Bangsa Bagi Aparatur Sipil Negara” yang diinisiasi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), di Nusa Dua, Bali, sebagaimana dalam keterangan tertulis, beberapa waktu lalu.

Acara tersebut, dihadiri 200 Aparatur Sipil Negara (ASN) dari Unit Pelaksana Tekns (UPT) Pemasyarakatan seluruh Indonesia. Dalam kesempatan itu, Basarah menyampaikan perlunya loyalitas ASN kepada bangsa dan negara.

Basarah yang merupakan dosen Pascasarjana Universitas Islam Malang (Unisma) tersebut juga menuturkan, upaya pemantapan mental dan ideologi aparatur negara sangatlah penting. Terlebih fenomena terkini menunjukkan adanya tren ketertarikan sebagian ASN dengan ideologi lain selain Pancasila.

Temuan berbagai lembaga survei kredibel menunjukkan hal tersebut. Misalnya temuan Survei Alvara tahun 2017 menunjukkan bahwa 19,4 persen ASN tidak setuju dengan Pancasila dan lebih tertarik dengan ideologi Khilafah. Menurut data Kemenpan-RB jumlah ASN per Juni 2019 mencapai 4,2 juta jiwa. Artinya jika dikonversi 19,4 persen, maka sekitar 814 ribuan ASN yang terpapar dengan ideologi lain.

Terbaru adalah temuan Setara Institute yang menyebut jelas bahwa sejumlah ASN telah terpapar radikalisme, bahakan ekstremisme. Paling mutakhir adalah kasus Bripda Nesti Ode Samili (Polisi Wanita) yang berdinas di Mapolda Maluku Utara, diberhentikan dari anggota Polisi karena telah terpapar radikalisme/ekstremisme dari media sosial.

Khusus kepada ASN yang bertugas di lembaga pemasyarakatan, Basarah mengingatkan ada dua masalah serius. Pertama adalah persoalan narapidana teroris (Napiter) yang jumlahnya terus meningkat. Berdasarkan data Kemenkumham per Desember tahun 2018 jumlah napiter mencapai 558 orang. Dari jumlah tersebut hanya 47 napiter yang telah menandatangani pernyataan setia kepada NKRI.

”Narapidana teroris ini memiliki kemampuan mengajak dan merekrut narapidana lainnya untuk mengikuti aliran ideologi mereka. Kejadian paling mencengangkan proses rekruitmen paham ekstrimisme dilakukan di Lapas terhadap napi lainnya,” terang Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan