Attitude Lebih Berharga Dari Angka Yang Berbau Intelektual

Faktaya karena kepedulian sangat buruk dalam diri masyarakat, maka dengan mudah dapat dilihat berbagai perilaku menyimpang. Ia mencontohkan, masih banyak masyarakat yang membuang sampah ke sungai, atau menumpuk di trotoar dan bahkan membuang sampah sambil berkendaraan di tengah jalan raya.

”Ada juga rambu-rambu lalu lintas dipilok. Tembok dan pagar dicoreti nama-nama geng motor, merokok di kendaraan umum, bahkan guru pun ada yang merokok di sekolah,” paparnya.

Untuk itu, perlu adanya penguatan pendidikan karakter dan revolusi mental dan itu sangat penting ditekankan. ”Presiden Jokowi sudah sangat tepat mengusung visi revolusi mental. Para orang dewasa dimulai dari Presidennya dan para pemimpin di negeri ini. Generasi muda dimulai sejak dini di pendidikan. Regim yang baik dan pendidikan yang baik harus kolaboratif ciptakan wajah baru Indonesia yang lebih baik. Tentu akan sangat sulit namun harus tetap dipaksakan,” terangnya.

Pendidikan yang baik akan meminimalisir radikalisme, intoleransi dan berbagai tindak kekerasan. Pendidikan yang menanamkan nilai-nilai kepedulian pelan tapi pasti akan mengubah pola tindak dan perilaku bangsa.

”Meletakan kepedulian, penghormatan dan perilaku bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan sebagai prioritas dalam proses pendidikan sangatlah baik,” tegasnya.

Bila pendidikan polanya berorientasi pada prestasi akhlak bukan angka, maka akan sangat baik. Ranking siswa berdasarkan akhlak jauh lebih baik dibanding berdasarkan angka yang bahkan bisa dicontek. Ubah pola pendidikan dari angka ke akhlak.

”Penanaman nilai-nilai kepedulian yang mengusung good attitude sebaiknya terlahir dari keluarga, sekolah, teman sebaya anak didik dan dunia medsos. Bila keluarga sibuk, sekolah menjadi industri pendidikan, teman sebaya bermasalah dan dunia medsos penuh hoaxs plus “narkolema” bahaya. Waspadalah! Bukan bonus demografi di tahun 2045 yang akan kita dapatkan malah bisa jadi hangus demografi,” pungkasnya.(ziz)

Tinggalkan Balasan