Ajay Kunjungi Bocah Penderita Tumor

Hasil rongsen dari dokter itu membuat Mulyati dan suaminya terkejut. Sebab, dulunya tidak pernah ada tanda-tanda anaknya akan terkena tumor. Bahkan, sama sekali tidak ada faktor keturunan dari keluarganya.

Sebab kondisinya semakin lemah, Farid dibawa ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung menggunakan Kartu Indonesia Sehat (KIS). Di sana, ia menjalan serangkaian tes, seperti tes darah, dahak dan sebagainya.

”Jadi harus rutin ke RSHS. Selasa besok ke sana lagi. Kita inginnya ada tindakan (operasi) biar cepet sembuh,” terangnya.

Kini, kondisinya semakin mengkhawatirkan. Badannya semakin lemah, berat badannya pun semakin menurun.

Awalnya, berat badan Farid mencapai 32 kilogram (kg), tapi sejak penyakit itu menyeranganya, bobotnya jauh menurun. Bahkan, sejak sebulan terakhir ia tak masuk sekolah.

”Terakhir itu 27 kg. Tapi sekarang kayanya turun lagi. Badannya tinggal tulang. Kalau gerak juga sakit. Gak napsu makan karena sakit telennya. Kadang minum juga keluar lagi,” ungkap Mulyati.

Ade Jamaludin, ayah Farid menambahkan, awalnya ia sempat kebingungan perihal biaya berobat anaknya. Sebab, penghasilannya sebagai buruh serabutan jelas tidak akan mencukupi seluruhnya. Selama ini, ia dan sang istrinya mengandalkan KIS.

”Saya sehari-hari hanya kuli bangunan. Kadang dapet Rp 80-100 ribu per hari,” terang Ade.

Sejak anaknya harus bolak-balik rumah sakit, konsentrasinya pekerjaannya juga terpecah. Sekarang, ia berharap anaknya segera sembuh dari penyakitnya. Sebab, ia tak kuasa melihat Farid setiap harinya tersiksa dengan penyakitnya itu.

”Hampir setiap hari meringis kesakitan. Pengen segera dioperasi biar cepet sembuh,” tandasnya.(mg3/ziz)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan