19 Kekerasan Anak Terjadi di KBB

NGAMPRAH– Sejak empat bulan terakhir, tercatat ada 19 kasus kekerasan terhadap anak terjadi di Kabupaten Bandung Barat. Sejumlah kasus ini sudah diproses se­cara hukum dengan pendam­pingan dari pemerintah dae­rah.

“Meskipun angkanya kecil jika dibandingkan dengan populasi anak, tapi kasus ini terhitung cukup tinggi juga, sehingga kami tidak bisa me­nyepelekannya,” kata Asep Wahyu, Kepala Badan Pem­berdayaan Perempuan, Per­lindungan Anak dan Kelu­arga Berencana KBB, Rabu (10/4/2019)

Menurut Asep, jumlah kasus kekerasan terhadap anak pada triwulan pertama tahun ini cukup tinggi jika diban­dingkan dengan sepanjang tahun lalu yang berjumlah 25 kasus. Kasus tahun ini terjadi di setiap kecamatan meski masih didominasi wilayah selatan.

Menurut Asep, para korban masih berusia anak-anak hingga remaja. “Sesuai UU Perlindungan Anak, yang di­maksud anak di sini berusia 18 tahun ke bawah. Di KBB para korban ada yang berusia 17, 16, bahkan 10 tahunan,” katanya seraya menambahkan, mereka mendapatkan perla­kuan kasar dari pelaku yang mengarah pada pelecehan seksual.

Seperti kasus-kasus sebelum­nya, lanjut dia, para pelaku masih didominasi orang yang dekat ataupun kenal dengan korban, seperti kerabat dan tetangga. Salah satu penyebab­nya, yaitu pengaruh video-video asusila yang dapat diakses dengan mudah di internet.

Untuk meminimalisasi ke­jadian serupa, BP3AKB gencar melakukan sosialisasi UU Perlindungan Anak baik ke­pada orangtua maupun anak-anaknya. “Dengan sosialisasi ini, diharapkan para orangtua dan anak bisa lebih waspada terhadap potensi kekerasan terhadap anak,” ujar Asep.

Dia juga mengungkapkan, kekerasan terhadap anak tak hanya dalam bentuk fisik, te­tapi juga dalam bentuk verbal yang biasa disebut perundun­gan (bullying). Untuk mence­gahnya, ia juga berkoordinasi dengan instansi terkait, se­perti Dinas Pendidikan agar di KBB tidak terjadi kekerasan seperti yang menimpa Audrey di Pontianak baru-baru ini.

“Kekerasan baik secara fisik maupun verbal harus dimi­ninalisasi, bahkan sebisa mungkin ditiadakan. Sebab, dampaknya akan sangat ber­pengaruh terhadap psikis korban,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Bandung Barat Heri Partomo juga mengakui, kekerasan terhadap anak memang selalu terjadi. Hal itu akibat berbagai hal, seperti faktor ekonomi, keti­dakharmonisan rumah tang­ga, hingga faktor lingkungan yang buruk.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan