Warga Garut Selamat dari Aksi Brutal KKB

GARUT – Irawan Maulana, 22, warga Kampung Papandak, RT 2/6, Desa Sukamenak, Kecamatan Wanaraja men­jadi salah satu korban yang selamat dalam aksi brutal penembakan di Nduga, Papua oleh Kelompok Kriminal Ber­senjata (KKB).

Dia diketahui bekerja di sa­lah satu provider telekomu­nikasi yang tugasnya mema­sang kabel, bukan karyawan PT Istaka Karya yang tengah membangun jembatan.

Uyu, 60, ibu Irawan menyebut belum mengetahui kapan anaknya akan kembali ke Garut setelah diketahui selamat dari peritiwa yang membuat nyawanya terancam itu. Dia mengaku sudah menerima kabar langsung dari anaknya, dan kepadanya Irawan menga­ku masih berada di Wamena setelah mengabari kalau di­rinya baik-baik saja.

Kemarin dia ngasih kabar sama saya mau dibawa ke Wamena sama tentara, cuma saya juga gatau kapan anak saya pulangnya. Kabar ter­akhir juga anak saya menda­pat pengawalan dari ang­gota TNI selama berada di Papua setelah kejadian pe­nembakan, dan katanya untuk bisa pulang masih menunggu prosedur, tutur­nya kepada wartawan, Jumat (7/12).

Ia sangat berharap agar anak bungsunya dari lima bersau­dara itu bisa segera pulang untuk mengobati rasa was-wasnya. Sebelumnya, kata Uyu, anaknya ternyata sempat tidak memberi kabar pasca-peristiwa penembakan, ka­rena tidak ingin membuat khawatir dirinya dan juga keluarga lainnya.

Kemarin ada anggota TNI dan Polisi yang datang ke rumah, kata mereka memang sengaja baru diberi tahu karena Irawan sempat me­minta agar kita jangan tahu dulu. Tetapi saya sempat kaget juga pas tau kalau anak saya hampir menjadi korban penembakan saat peritiwa yang membuat banyak orang meninggal dunia dibunuh oleh KKB di Papua, ujarnya.

Usai mengetahui anaknya selamat, diakui Uyu, ia ke­mudian baru mengetahui bahwa terjadi peritiwa yang memilukan tersebut dari televisi. Selama ini sendiri Uyu mengaku memang sangat jarang menonton te­levisi karena sejak pagi hingga sore melakukan ak­tivitas bertani di kebun un­tuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Maspupah, 27, kakak Irawan menyebut bahwa selama ini adiknya tak banyak mem­beri kabar kepada keluarga, hanya sesekali saja ia mene­lepon kepada saudaranya. Irawan sudah bekerja selama delapan bulan di Papua se­telah diajak temannya, dan dari sini memang banyak yang bekerja di Papua tapi mencar-mencar, tidak di satu lokasi yang sama, ucap­nya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan