Tiru Keterbukaan Piala Presiden

JAKARTA – Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi, menyambut positif keterbukaan yang terjadi selama Piala Presiden 2018 berlangsung. Menurutnya, hal ini bisa diterapkan saat Liga 1 bergulir.

Dalam edisi Piala Presiden kali ini, memang ada terobosan yang baru. Panitia penyelenggara selalu mengumumkan nomimal pendapatan yang diterima pada setiap laga yang digelar di menit 75. Selain itu, ada juga pengumuman jumlah pedagang yang berjualan di sekitar stadion. Tentu, ini bukan sesuatu yang biasa, mengingat tidak pernah ada yang berani mengambil langkah tersebut.

”Saya melihat Piala Presiden ini adalah hal yang produktif, lebih-lebih saya senang atas kepanitiaan yang transparan dan terbuka,” ucap Imam dikutip dari laman Liga 1.

”Panitia berusaha keras menjaga informasi mengenai jumlah penonton, pendapatan, sampai perputaran ekonomi kerakyatan. Hal itu membuat saya senang dan berharap ini ditiru semua klub saat kompetisi nanti digelar,” imbuhnya.

Tak hanya itu, politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tersebut juga berharap keterbukaan yang terjadi di Piala Presiden bisa diikuti kompetisi lainnya yang ada di Asia Tenggara. Seperti Thailand, Malaysia, Singapura, dan lain-lainnya.

”Dengan begitu saya menginginkan gaung Piala Presiden ini bisa menggema di Asia Tenggara,” ujarnya.

Berbanding terbalik dengan Liga 1 ternyata janji PT Liga Indonesia Baru (LIB) untuk melunasi utang subsidi pada kompetisi Liga 1 2017 hingga kini masih belum terealisasi. Akibatnya, para klub menjerit dengan situasi tersebut.

Padahal, sebelumnya PT LIB berjanji bakal membayarkan utangnya kepada para klub maksimal akhir Januari 2018. Ketika itu, mereka menyebut akan membayar secara tiga termin dengan rician termin pertama Rp600 juta, kemudian termin kedua Rp600 juta, serta termin terakhir Rp1,5 miliar.

Namun, kenyataannya hal ini hanya sekadar isapan jempol belaka. PT LIB baru membayar kewajibanya sebesar Rp600 juta, sedangkan sisanya tak kunjung dikasihkan kepada klub.

Bukan hanya itu, PT LIB juga belum membagikan uang hak siar dan rating televisi kepada klub. Padahal, seharusnya masalah tersebut sudah selesai karena kompetisi telah berakhir sejak November 2017.

”PT LIB janji akan menyelesaikan hak klub dalam tiga termin. Realisasinya baru sekali,” kata sekretaris Sriwijaya FC Ahmad Haris.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan