Produksi Padi di Patokbeusi Meningkat Tajam

PATOKBEUSI– Musim panen padi di Kecamatan Patokbeusi telah mencapai 70%. Diperkirakan, masa panen padi di Patokbeusi akan berakhir pada pertengahan Oktober.

Koordinator Penyuluh BPP Patokbeusi N.Lesmanah mengatakan, saat ini hampir seluruh desa di Patokbeusi, sudah mulai masuki masa panen. Dari sisa 30%, masih ada tiga desa yang dijadwalkan sedang dan akan melakukan panen hingga pertengahan Oktober mendatang.

“Tinggal tiga desa lagi yaitu, Desa Tambakjati, Gempol Sari sama Rancaasih,” katanya Lesmanah.

Bahkan menurutnya, saat ini di Patokbeusi juga sudah ada beberapa titik yang mulai melakukan tanam kembali pasca panen yang dimulai sejak Bulan Agustus lalu.

“Ada yang sudah mulai tanam lagi, jadi setelah panen tidak menunggu lama. Petani langsung olah tanah, sekarang ada yang sudah tanam,” ucapnya.

PPL lain Shanti Agustriningsih S.PT menambahkan, dari hasil ubinan serta informasi dari Gapoktan, produksi padi pada panen kali ini, terhitung tinggi dan meningkat dibanding sebelumnya.
Ia membeberkan data misalnya, di Desa Tambakjati, dalam satu hektare sawah, produksinya mencapai 9,5 ton, sedangkan di Ciberes hasilnya mencapai 8,4 ton/hektare. “Panen kali ini bagus, produksinya juga tinggi, kalau dirata-rata se-kecamatan Patokbeusi 8.9 ton/ha,” kata Shanti.

Menurut Shanti panen kali ini, wilayah Patokbeusi juga tidak luput dari serangan penyakit, seperti hama wereng. Namun serangan hama tersebut bisa dikendalikan, berkat kerjasama seluruh pihak, hingga hasil produksi padi tahun inipun terbilang tinggi.

Hal itu juga dibenarkan oleh POPT di Patokbeusi L.Wahyu. Ia mengatakan, serangan wereng yang menyerang tanaman di Patokbeusi, bisa dikendalikan sebelum masa panen. “Alhamdulillah bisa dikendalikan jadi produksi padi relatif aman ,” ucap Wahyu.

Sementara itu, Ketua Gapoktan Mitra Tani Sejahtera H. Manaf Hadi Permana mengakui, jika hasil produksi padi di Patokbeusi pada panen kali ini meningkat. Bahkan menurutnya, peningkatan produksi padi mencapai angka 9 hingga 10 ton per/ha nya.

“Peningkatanya sampai 30%, lebih tinggi, dibanding tahun sebelumnya, produksinya kali ini bagus,” kata H. Manaf.

Saat ini, varietas yang mendominasi dan sedang jadi primadona yakni jenis Inpari 32 yang harganya pada kisaran Rp 5.000/kg.

Tinggalkan Balasan