Pencemaran Masih Terjadi, Citarum Masih Hitam

DAYEUHKOLOT – Meskipun program Citarum Harum telah berjalan lama, kondisi sungai Citarum sampai saat ini masih mengalami pencemaran limbah berat. Terlebih, dengan datangnya musim kemarau kondisi air di beberapa anak sungai Citarum berubah menjadi hitam pekat.

Komandan Sektor 6 Citarum Harum Kolonel Inf Yudi Zanibar, mengakui, datangnya musim kemarau mengakibatkan terjadi sedimentasi di sungai Citarum, tepatnya di daerah Dayeuhkolot. Sehingga, perlu dilakukan pengerukan pada senin mendatang.

“Besok ada alat (berat) dari Jakarta yang kita pinjam. Nanti dikeruk hari Senin,” kata Yudi saat di wawancara, Minggu (26/8).

Yudi mengungkapkan, pengerukan akan dilakukan saat musim kemarau dan sedimentasi yang dikeruk tidak akan dibuang di pinggir sungai. Sebab, dikhawatirkan jika disimpan dipinggir sungai bisa terbawa lagi ke aliran sungai.

Dia mengatakan, selama enam bulan Citarum Harum sudah bisa mengurangi volume sampah yang berasal di Kota Bandung seperti Citepus, Cikeruh, Cidurian, Cipamokolan, Cikapundung, Ciateul dan Cikoneng kemudian masuk ke Tegal Luar.

Kendati begitu, upaya menangani sampah belum sempurna total sebab masih terdapat kendala yang dihadapi seperti belum adanya tempat pembuangan sampah sementara di tiap desa.

Selain itu, proses pembuangan hingga ke TPA masih belum berjalan. Padahal pihaknya sudah mengajukan kepada pemerintah terkait tempat pembuangan sampah sementara.

Sementara itu, di aliran sungai Cimande yang merupakan anak sungai Citarum dimusim kemarau kondisi air masih terlihat hitam pekat. Hal ini, sawah dan sumur sejumlah warga tidak bisa digunakan akibat tercemar limbah pabrik.

Ahman, 60, Warga Kampung Kekencehan, Desa Cangkuang, Kecamatan Rancaekek mengeluhkan air untuk mengaliri sawahnya sangat tidak layak. Sebab sungai Cimande sudah tercemar berat.

“Ayeuna mah jang, Cimandena jadi hideung. Janteun palaur lamun dialirkeun kanu pare bapa teh. Eta ge sumur dibumi, sami rada hideung-(red, sunda)”, Ungkap Ahman, kepada Jabar Ekspres, Minggu (26/08), sembari membersihkan rumput liar diladang sawahnya.

Selain itu, Warga desa lainnya Dendi Nugraha mengatakan, pihaknya menerima keluhan karena sumur dan sawahnya tidak layak digunakan, mereka kebingungan tidak ada sumber air lain.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan