Peduli Anak-anak Terbuang

”Saya pun mulai berpikir, kenapa saya tidak menunjuk­kan rasa syukur saya kepada Allah SWT dengan cara me­nolong bayi itu,” tuturnya.

Jadilah sejak saat itu ia mem­buka hati untuk mulai mengasuh anak-anak yang terbuang sem­bari tetap mengasuh dan me­nyekolahkan anak-anak yang tidak mampu.

Tepatnya pada 23 Februari 2004, ia pun mendapatkan bayi pertama laki-laki yang dibuang orangtuanya dan diberikan kepadanya untuk diasuh. Menyusul lagi pada 16 September 2004, ia menda­patkan anak asuh bayi laki-laki, kemudian tanggal 19 September dapat bayi laki-laki, pada 29 Oktober dapat bayi perempuan, dan 10 De­sember bayi perempuan. “Kami dapat bayi lima dan itu datang sendiri. Saya juga bingung kenapa bayi-bayi itu datang sendiri,” ujar isteri Ahmad Badawi ini.

Tidak hanya dari Bandung, bayi terbuang bahkan pernah datang dari Jember, Jawa Timur. Ia menerima bayi tersebut dari ibunya yang dihamili entah oleh siapa dengan ke­bingunan merawat anaknya.

Rumah Yuli di kawasan Kopo Permai, Sukamenak, Bandung, pun ramai oleh tangisan bayi. Ia dengan sigap langsung turun tangan me­nyiapkan susu formula, me­rapikan bayi dan meng­gendongnya.

Yuli mengaku hampir tidak memiliki hambatan ketika mengasuh anak-anak dan bayi tersebut. Untuk membiayai semua kebutuhan anak-anak asuhnya itu, ia membuat usaha warung makan. Ia dan suaminya yang pensiunan BUMN tidak ingin meminta biaya dari pihak manapun, baik dari donatur ataupun membuka kotak sumbangan, walau memang tak jarang ada saja para dermawan yang tanpa sepengetahuan me­reka turut membantu. “Kami sangat bersyukur, karena mendapat keberkahan rezeki semenjak mengasuh anak-anak itu,” katanya.

Bahkan, dia juga tidak mengekpos apa yang telah dilakukannya itu ke publik. ”Karena kami anggap itu sama dengan membuka aib mereka-mereka yang melahirkan bayi yang tidak diinginkan. Kami sangat mencintai kehadiran bayi-bayi itu,” ucapnya

Bahkan, suaminya juga tidak mengijinkan untuk memasang plang yayasan atau panti asuhan di depan rumah mereka. Alasan­nya, itu bisa saja mempengaruhi psikis anak-anak asuhnya. “Ka­mi berpikir anak-anak itu bukan butuh plang, bukan butuh panti asuhan, tapi butuh ibu dan bapak,” ujarnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan