Lembaga Survei Harus Netral

PARTAI Hanura memandang Pilkada 2018 masih menyisakan sejumlah persoalan. Salah satunya peranan sejumlah lembaga survei yang menyajikan hasil polling kurang akurat.

”Di luar batas margin of error-nya, sesaat sebelum hari H yang berbeda dengan hasil quick count. Perbedaan tersebut mengundang banyak kekecewaan dari para kandidat dan warga masyarakat,” kata Waketum Hanura Benny Pasaribu pada wartawan kemarin.

Menurut Benny adanya perbedaan prediksi dengan hasil yang terjadi, muncul penilaian bahwa hasil quick count bisa berbeda dengan hasil real count. Akibatnya di beberapa daerah masih ada gejolak yang dapat berkembang pada kegaduhan. ”Tetapi kita yakin semuanya telah diantisipasi dengan cermat oleh aparat keamanan,” ujarnya.

Menurut Benny dalam pemilu seperti ini seharusnya yang ditonjolkan adalah mengimplementasikan kedaulatan warga masyarakat dalam memilih pemimpin.

Pria yang juga menjabat dalam kepengurusan HKTI itu menyatakan bahwa lembaga survei harus diawasi intensif supaya tetap menjaga netralitas, objektivitas, dan kredibilitas.

”Jangan tergantung pada sponsor, apalagi pada salah satu peserta demi keuntungan semata,” pungkasnya.

Sementara itu Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani menilai, keberadaan lembaga-lembaga survei beserta hasil surveinya sebelum pilkada seperti kampanye terselubung.

”Ini yang saya anggap bahwa sepertinya cara-cara praktik seperti ini akan dipraktikan dalam pilpres 2019. Dan menurut saya ini bagian dari kampanye terselubung,” ucap Muzani.

Menurut Wakil Ketua MPR ini, hasil survei itu telah mengganggu psikologi pemilih sehingga persis dengan tindakan kampanye hanya berkedok ilmu pengetahuan.

”Kami merasa ketika survei dilakukan kami merasa di-adjust, diframing, bahkan diteror, termasuk dihukum, elo hanya sekian persen,” tegasnya.

Sambung pria asal Lampung tersebut, hal itu sama saja menghukum partai dan pendukungnya, menghukum calon gubernurnya bahkan pemilihnya. Sehingga, ia mengingatkan, persoalan ini adalah pertaruhan intelektual dan keilmuan.

Ini pertanggungjawaban intelektual lah elo gimana masa kemarin pas survei ini kagak dibaca dan sekarang cuma bisa ngeles,” tandasnya. (jar/ign)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan