Kodam III/Siliwangi Doa Bersama Peringati Kesaktian Pancasila- HUT TNI Ke-73

BANDUNG – Ribuan anggota TNI Kodam III/Siliwangi melakukan doa bersama memperingati Hari Kesaktian Pancasila dan HUT ke-73 TNI, di Masjid Al-Ikhlas Makodam III/Siliwangi Jalan Aceh Bandung, Minggu (30/9) malam.

Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Besar Harto Karyawan, S.H, M.Tr (Han) mengatakan, apresiasi yang tinggi atas terselenggaranya kegiatan doa bersama tersebut. Sebab, kegiatan mengandung makna yang mendalam selain sebagai sarana mempererat tali silaturahmi dan memperkokoh persatuan juga mengingatkan kita kepada kewaspadaan terhadap upaya simbolis partai komunis yang dilakukan oleh penganut dan simpatisannya.

”Saya selaku anak bangsa melihat kondisi ini cukup memprihatinkan kita semua, ancaman komunis menjadi kewaspadaan bangsa kita karena telah berulang- ulang kejadian pemberontakan dan penghianatan yang mereka lakukan,” kata Besar Harto.

”Dan terakhir tahun 65 puncaknya, hingga di situ ditetapkan oleh Keputusan Presiden untuk ajaran komunis tidak dibenarkan dan tidak boleh lagi hidup di bumi nusantara yang berlandaskan Pancasila,” terangnya.

Dia mengatakan, bahwa Garuda simbol negara dibuka dadanya oleh sila-sila dari Pancasila dan itulah lambang negara Indonesia. ”Itulah Indonesiaku yang diikat oleh satu kesatuan yaitu Republik Indonesia dan apabila dibuka maka yang ada adalah Merah dan Putih,” jelasnya.

Pancasila dari sila-sila tersebut, lanjutnya, terdapat norma-norma perilaku bangsa Indonesia. Kehidupan Bangsa Indonesia yang dicerminkan melalui perilaku dan tindakan sehari-hari yang terwadahi dalam sila dari Pancasila.

”Bangsa Indonesia ditakdirkan sebagai bangsa yang majemuk, bangsa yang aneka ragam yang mempunyai 1.331 suku bangsa, kita punya 746 bahasa daerah, kita dipisahkan oleh 17.449 pulau – pulau kecil dan luas wilayah kita 7.8 juta persegi yang dikelilingi oleh lautan,” terangnya.

Di bagian lain, kegiatan dilanjutkan dengan tausyiah yang disampaikan oleh DR. KH. Mukhtar Cholid. Dalam tausiyahnya, Cholid mengatakan, peristiwa masa lalu itu ada sebaiknya mendorong umat Islam untuk bertafakur. ”Kisah masa lalu itu pelajaran dan kita boleh memperingati peristiwa yang bersejarah,” pungkasnya. (yul/rie)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan