Kembalikan Lagi Gairah Eropa

‘’Saya mengambil keputusan itu (memainkan formasi 3-5-2, Red) karena ingin kami bermain lebih melebar yang membuat kami bisa mengan­dalkan serangan balik. Namun, yang benar-benar berpenga­ruh adalah filosofi bermain dengan memanfaatkan lebar serangan,’’ kata Di Francesco kepada Reuters.

Hanya saja, serangan dari sisi lapangan tidak melulu jadi aliran utama Roma untuk me­nyerang Barca. Sebab, Barca juga bisa membaca itu. Di luar dugaan, saat tim polesan Ernesto Valverde lebih fokus meredam Roma dari sektor sayap, se­rangan dari tengah justru mem­bunuh mereka. Dua awal gol Roma jadi bukti sahih.

Dan, Dzeko menjadi sosok penting agar skema tersebut berhasil. Golnya di menit keenam yang berhasil me­lewati penjagaan Samuel Umtiti dan Gerard Pique adalah jawabannya. Hadiah penalti bagi Roma yang sukses dieksekusi De Rossi pada menit ke-58 juga berasal dari pola serangan serupa. Bedanya, Pique kali ini me­langgar Dzeko.

Kemenangan tersebut mem­buat Roma berhasil memper­tahankan rekor tidak ke­bobolan mereka selama ber­laga di Olimpico. Spirit me­reka pun berlipat menyongsong Derby della Capitale melawan Lazio (16/4) yang juga kru­sial untuk posisi empat besar Serie A.(io/ign)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan