Jadikan Agen Perubahan Birokrasi

BANDUNG – Pemerintah Pusat melalui Lembaga Administrasi Negara (LAN) akans selalu mendorong untuk meningkatkan kapa­sitas dan kualitas Aparatur Sipil Negara (ASN) melalui Pendidikan dan pelatihan Reform Leader Academy (RLA).

Kepala LAN RI, Adi Suryat­no mengatakan, pendidikan tersebut merupakan salah satu wadah untuk mengak­selerasi terciptanya sosok pelayan publik. Bahkan, RLA dibentuk agar reformasi bi­rokrasi lebih cepat terlaksana.

’’Konsepnya sama sekali berbeda dengan pendidikan dan pelatihan berjenjang. Namun para peserta akan memperoleh sertifikat penye­taraan Diklat Kepemimpinan Tingkat II (PIM 2),’’jelas Adi ketika ditemui kemarin. (8/11).

Menurutnya, untuk peserta didorong menciptakan proy­ek perubahan secara bersama-sama di level instansional maupun level nasional dengan konsep Ruang Riung.

Adi menilai, konsep tersebut sebagai upaya untuk men­jual gagasan dan mendapat­kan dukungan dari berbagai kalangan untuk menciptakan ekosistem bisnis milenial, merupakan program nyata yang bermanfaat sebagai wu­jud implementasi Nawacita.

”Birokrasi saat ini telah men­galami perubahan signifikan. Sesuai tugas LAN RI, kami ingin menciptakan pemimpin perubahan dan mencetak generasi terbaik sehingga pelayanan publik bisa lebih baik lagi,” tuturnya.

Dalam kesempatan sama, Anggota Komisi 2 DPR RI, Mardani Ali Sera menjelaskan, investasi terbaik adalah in­vestasi sumber daya manusia. Indonesia sangat memerlukan birokrat berkapasitas dan berintegritas. Maka pendidi­kan seperti RLA niscaya akan menjadikan Indonesia sema­kin kokoh dan tangguh.

”RLA sangat kami dukung kalau bisa diperbanyak tapi dengan menajamkan kuriku­lum dan pola pelaksanaannya. Banyak hal perubahan yang sudah dilaksanakan LAN RI untuk meningkatkan efekti­vitas dan produktivitas. Kami sangat dukung program se­perti ini. Intinya harus ber­kelanjutan,” paparnya.

Menyinggung konsep Ruang Riung yang menyasar start up bisnis milenial, menurutnya sangat sesuai dengan konteks kekinian. Apalagi jika dikait­kan dengan peningkatan sek­tor ekonomi kreatif yang di­gandrungi kelompok usia ini.

”Ini pilihan topik yang tepat. Tapi kami mengingatkan kita tidak boleh cuma karena ada tren start up bisnis fintech atau pengembangan teknologi semacamnya. Kita harus tahu bahwa basisnya negara ini agraris sehingga pertanian, peternakan, dan perkebunan jangan dilupakan,” imbaunya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan