Guru dan Murid Perlu Membiasakan Berbuat Baik

PENDIDIKAN karakter Jabar Masagi tak sekadar janji politik Gubenur Jawa Barat Ridwan Kamil. Lebih dari itu, Jabar Masagi akan membentengi masyarakat Jawa Barat dengan nilai-nilai baik yang selaras dengan cita-cita Juara Lahir Batin.

***

Segala sesuatu serba instan, kerap berdampak buruk bagi siapa saja. Termasuk siswa didik. Ketika segala sesuatu bisa diperoleh dalam genggaman, nilai-nilai atau asas positif kerap dikesampingkan.

Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Ahmad Hadadi mengaku, sadar betul krisis itu. Dia mengaku, sangat mengapresiasi program yang akan dicanangkan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, yaitu pendidikan karakter Jabar Masagi. Sebab, ke depan, program ini yang akan membentengi siswa.

”Program Jabar Masagi ini mendorongan Dinas Pendidikan Jawa Barat untuk fokus untuk menyelesaikan Jabar. Kenapa pendidikan karakter ini menjadi utama? Sebab ketika SDM teredukasi dan berkarakter, maka akan mudah mengatur segala sesuatunya,” kata Ahmad Hadadi kepada Jabar Ekspres di ruang kerjanya, belum lama ini.

Dia mengatakan, Jabar Masagi merupakan multiaspek kebaikan. Peserta didik akan, pintar dan beretika, berprestasi dan santun hingga selalu hormat pada sesama.

”Jabar Masagi penuh dengan nilai-nilai unggul. Mulai dari etos kerja, penddikan agama, sosial budaya dan lain-lain yang condong membangun kebaikan,” katanya lagi.

Hal mudah yang bisa dilihat adalah Jepang. Kata dia, Jepang memiliki pemikiran yang luar biasa pada teknologi. Tapi, nilai tradisi tetap mele­kat. Harga diri dijunjung tinggi, jujur, disiplin hingga tetap menjaga kebersihan.

Bagaimana menerapkan itu, jelas sekolahlah yang men­jadi wadah pembiasaannya. ”Sebab, nilai-nilai tersebut bisa terwujud jika ada proses pembiasaan,” ujarnya.

Kemudian bagaimana seko­lah membangun kultur kebia­saan baik. Sehingga semua stakeholder di sekolah harus memberikan keteladanan.

”Jujur, disiplin, menjaga kebersihan, tidak merokok ya jelas harus dicontohkan oleh gurunya dulu. Misal, mem­bersihkan kelas, guru harus mau bersama-sama murid membersihkan kelas. Sebab, anak mencontoh dari gurunya,” ujarnya lagi.

”Perlu diimplementasi se­gera. Nilai kebaikan itu jangan ditunda-tunda,” sambungnya.

Ketua tim Naskah Akademik Jabar Masagi, Ifa H. Misbach, MA, menambahkan, dari riset pendidikan karakter, tanggung jawab anak sampai usia 17 tahun adalah tanggung jawab orang dewasa untuk membe­rikan tuntunan dan ketelada­nan. Dengan kata lain, jangan langsung menuntut anak untuk bisa mengaplikasikan nilai-nilai karakter tanpa di­contohkan dengan keteladan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan