GPP Deklarasi Dukung Jokowi

BANDUNG – Puluhan orang mengatasnamakan Gerakan Perempuan Parahyangan (GPP) mendeklarasikan bakal mendukung pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019. Deklarasi yang diisi diskusi tersebut juga mengedukasi peserta menangkal hoax.

Aktivis Gerakan Perempuan Parahyangan, Yena Iskandar mengatakan Jokowi telah membuat banyak perubahan baik untuk Indonesia. Mulai dari infrastruktur sampai peningkatan ekonomi.

”Dia (Jokowi, Red) berani mengubah semua aspek jadi lebih baik. Kami sepakat mendukung Pak Jokowi kembali memimpin,” ujar Yena di Bridge Coffee di Kota Bandung, hari ini (25/9).

Para perempuan yang berlatar belakang pengusaha fashion, katering, kuliner, sampai properti ini menilai, Jokowi mampu membuat iklim usaha di Indonesia jadi sangat baik. Khususnya, mendorong kemajuan perekonomian yang mereka jalankan.

Menurut dia, saat ini terdapat sejumlah pihak yang ingin memanfaatkan perempuan-perempuan hebat di Indonesia untuk kepentingan politik belaka.

”Perempuan Indonesia, jangan mau diprovokasi. Semua harus berpikiran sehat dan objektif. Kita lihat sekarang Indonesia lebih baik, semua aspek sedang ditata, dan ini adalah perubahan,” urainya.

Aktivis Gerakan Perempuan Parahyangan lainnya, Umi Listiawati mengaku, merasa perlu  memberi pemahaman politik yang baik kepada para perempuan di Jabar. Langkah yang ditempuh, selain menggelar pertemuan dan deklarasi, mereka pun berencana melakukan sejumlah sosialisasi.

”Kita sebagai Gerakan Perempuan Jabar ingin mendorong sosialisasi kepada perempuan dan masyarkat umum mengenai politik dan berkampanye secara damai untuk memenangkan Jokowi dua periode,” ujar Umi.

Di bagian lain, Bendahara Yayasan Perempuan Inspiratif Indonesia Sri Rejeki SE. CEC kepada Jabar Ekspres mengatakan, Gerakan Perempuan Parahyangan terinspirasi dengan kondisi yang ada sekarang. Di mana perempuan kerap menjadi sasaran politik dan berita tidak benar (hoax).

”Dari situ berkumpul, apa yang bisa kita lakukan. Dengan menjunjung azas ketuhanan, berbudi luhur, menghormati toleransi, kemudian kami mengajak para perempuan untuk sama-sama melangkah dan membangun negeri ini,” ungkap Sri.

Dia mengungkapkan, hingga saat ini perempuan Indonesia kerap dinomorduakan dan dinilai lemah. Kalau pun mendapatkan peran dan jabatan dalam skup terkecil, kata dia, maka jabatan itu cenderung yang tidak berisiko secara fisik. Makanya, perempuan selalu ditempatkan menjadi sekretaris, bendahara dan seksi konsumsi.

Tinggalkan Balasan