“Seni adalah ruang tanpa batas yang memperbolehkan penggiatnya bereksplorasi, dan bebas karena sepatutnya tak ada tuntutan tentang seperti apa seni seharusnya dibuat,” kata Angkuy di Bandung, kemarin.
Dia menjelaskan, seni adalah tentang seniman memaknai karyanya, termasuk merespon berbagai hal yang dinilai tidak mungkin menjadi mungkin. Melalui seni yang dibuat, seniman harus menyampaikan karya yang diciptakan bisa dinikmati khalayak ramai.
Angkuy menjelaskan, karya-karya musik yang dimainkan Bottlesmoker berasal dan terinspirasi dari berbagai teori yang didapatkan ketika menjadi mahasiswa. Meski tidak memiliki lirik, tetapi muasik yang diciptakan dinilai bisa mewakili perasaan para pendengarnya.
“Tidak ada lirik atau vokal yang kita berikan tapi mampu mewakili perasaan melalui suara. Kami menuliskan dan memikirkan bit termasuk tempo musik yang akan kami ciptakan,” kata dia.
Sementara terkait nama, Angkuy menyebutkan jika nama Bottlesmoker berawal dari kebiasaan saat menjadi anak kosan. Menurutnya, nama tersebut berasal dari dua kata, yaitu Bottle dan Smoker yang berarti botol dan asap, di mana mereka kerap memanfaatkan botol sebagai asbak.
“Waktu di kosan kami kerap kehilangan asbak, dan kami memanfaatkan botol sebagai tempat membuang rokok,” kata dia.
Perwakilan DCDC Regional Bandung, Dikki Dwi Saputra mengungkapkan, dipilih Bottlesmoker sebagai terdakwa Pengadilan Musik DCDC lantaran keunikan musik yang mereka mainkan. Selain itu, sejumlah prestasi yang diraih di luar dan dalam negeri juga menjadi alasan pihaknya memgadili Bottlesmoker.
“Mereka adalah salah satu band lokal Bandung yang bisa go internasional dan alirannya juga cukup unik, mereka memainkan elektro tapi hukan EDM,” kata Dikki.
Dikki megatakan, jenis atau aliran musik yang dimainkan duo elektronik Bottlesmoker memang terbilang berbeda dan cenderung langka di Indonesia. Dari beberapa band yang pernah tampil di Pengadilan Musik DCDC, mereka dinilai memiliki keunikan tersendiri.
“Dari sisi musikalitas mereka memang sangat berbeda dari sejumlah band lainnya. Jenis musik elektro ritual, saar ini memang jarang di Indonesia,” kata dia. (mg1/yan)