Diduga Depresi Seorang Pelajar Gantung Diri

NGAMPRAH – Tri Tunggal Sampurno,17, siswa kelas 10 SMAN 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat (KBB) nekad mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri.

Jenazah Sri ditemukan di rumahnya Kampung Kancah RT 01/14, Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong. Korban diduga melakukan gantung diri karena depresi mendapatkan tugas sekolah dan perlakukan bullying dari teman sekolah.

Menurut Orangtua siswa, Kuatno,44, anak ketiganya ditemukan tewas dengan posisi leher tergantung pada selembar kain samping di dalam kamarnya.

’’Kainnya diikatkan pada plafon setinggi 2,5 meter, di bawahnya ada kursi. Pertama kali yang melihat itu adiknya,’’ kata Kuanto ketika ditemui dikediamannya kemarin (15/1)

Menurutnya, Tri sebetulnya sangat rajin membantu kedua orang tuanya. Namun, dia selalu pendiam dan tidak mau terbuka jika ada masalah.

Kuatno menduga, anaknya tertekan dengan banyaknya tugas sekolah. Sebab, sebelum ditemukan tewas Tri kerap mengeluh pusing dengan banyaknya tugas kelompok ditambah sikap temannya yang kerap mengejeknya.

’’Sejak dia masuk SMA pulang sekolah hanya diam dalam kamar mengerjakan setiap tugas sekolah,’’ ucap Kuanto.

Terpisah, Wakasek SMAN 1 Cisarua, Dang Iyun Zainir membantah, tidak pernah perlakuan Bullying ynag dilakukan teman-temannya. Sebab selama ini pihak sekolah selalu melakukan pengawasan terhadap prilaku siswa di sekolah.

’’Kami melihat tidak ada kasus bullying di sekolah. Dalam kejadian ini juga tidak terbukti siapa yang membully almarhum,’’ kata Dang.

Dang mengakui, selama di sekolah korban merupakan salah satu siswa yang rajin dan memiliki karakter pendiam. Adapun jika ada curhatan korban yang ditulis di buku diary, mengenai ejekan temannya selama ini pihak sekolah tidak pernah mengetahuinya.

’’Yang kami ketahui selama di sekolah almarhum baik-baik saja dengan teman-temannya. Bahkan saya enggak pernah mendengar dan melihat ada yang melakukan aksi bullying ini,’’ kata dia.

Selain itu, terkait informasi korban depresi karena terbebani tugas sekolah, Dang kembali membantah. Sebab, selama ini semua guru di sekolah sudah memberikan porsi tugas secara wajar dan sesuai dengan kemampuan siswa.

’’Jika penyebabnya karena ada tugas, mungkin semua siswa juga mempunyai tugas yang sama,’’ucap dia.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan