BANDUNG – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) mengadvokasi program kependudukan keluarga berencana dan pembangunan keluarga dengan merangkul komunitas fotografi dan sineas muda di Bandung. Kegiatan berbalut pelatihan dan lomba tersebut menjadi ajang tukar ilmu dan visi antara pemerintah dan generasi muda.
”Jadi kegiatan temu komunitas sineas dan fotografi Bandung ini adalah bagian dari dalam rangka advokasi program kependudukan keluarga berencana dan pembangunan keluarga. Tujuannya tentu lebih kepada bagaimana agar program BKKBN ini bisa diterima oleh anak muda,” kata Plt Kepala BKKBN Sigit Priohutomo, di Aston Tropicana Cihampelas, Kota Bandung, Sabtu (17/11).
Dia mengatakan, acara tersebut juga bertujuan menjadi wadah bagi para komunitas sineas dan fotografi untuk melakukan pertukaran ilmu. Serta bentuk dukungan nyata untuk mewujudkan program advokasi oleh BKKBN agar lebih menjangkau dan tepat sasaran.
”Harapannya semoga acara ini, selain dapat menghasilkan rumusan-rumusan baru terkait permasalahan kependudukan keluarga berencana. Tidak hanya itu, BKKBN juga harus dinamis seiring perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat. Makanya, kami melibatkan komunitas dan para pelaku industri tersebut,” paparnya.
Dia mengaku, perlu untuk merangkul generasi milenial. Sebab, dalam menghadapi bonus demografi 2020, maka pihaknya melakukan penyesuaian pada perkembangan zaman. Makanya, formulasi merangkul kaum milenial yang memiliki kreativitas serta daya saing di antara umur produktif menjadi sesuatu yang penting. ”Sebab, tidak hanya teknologinya, pertumbungan penduduknya pun akan cukup pesat,” ungkapnya.
Menurut dia kondisi kependudukan Indonesia 20 sampai 30 tahun sebelumnya berbentuk piramida. Ini artinya angka kelahiran di Indonesia cukup besar. Penduduk anak-anak dan balita banyak.
”Tapi pada saat ini dengan program Keluarga Berencana (KB) angka kelahiran kita tekan. Jika dulu banyak anak, nikah dini, lahir dini maka kualitas kita dengan program-program itu sudah bisa berhasil menekan,” urainya.
Dia memerinci, bonus demografi besar di tengah tersebut. Artinya penduduk lebih banyak pada usia produktif. Saat ini, jumlah usia produktif di angka 56 mendekati 60 persen dari jumlah penduduk Indonesia.