Baru 292 Ribu Jadi Aseptor KB

BANDUNG — Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) menyampaikan capaian kinerja dinasnya pada program Bandung mejawab yang di gelar di Plaza Balai Kota Bandung kemarin. (24/7)

Saat ini Kota Bandung berpenduduk mencapai 2,4 juta jiwa. Kepadatan penduduk menjadi salah satu akar masalah perkotaan. Isu-isu kehidupan urban, mobilitas, ketahanan pangan, dan hingga keamanan muncul dari persoalan sosial kependudukan.

Sekretaris DPPKB Ine Indriyani mengatakan, DPPKB telah melaksanakan berbagai program untuk menjaga agar tidak terjadi kelebihan penduduk (over-population) dengan cara menyosilisasikan secara gencar program Keluarga Berencana (KB).

Dia menyebutkan, berdasarkan data saat ini terdapat 396 ribu pasangan usia subur di Kota Bandung. Namun, dari jumlah tersebut, baru 292 ribu yang menjadi akseptor KB, atau orang yang menjalankan program KB.

DPPKB terus berusaha keras merangkul 104 pasangan untuk bergabung menjadi akseptor KB,jelas Ine ketika ditemui dalam acara Bandung menjawab.

Dia memaparkan, sebetulnya ada banyak program KB yang
biasa digunakan oleh pasangan usia subur di antaranya pil dan suntik. Jenis kontrasepsi ini dinilai sebagian besar masyarakat adalah jenis paling gampang dan murah bila dibandingkan Metode Operatif Wanita (MOW), Intrauterine Device (IUD).

Kendati begitu, penggunaan MOW dan IUD lebih efisien karena memiliki masa lebih panjang daripada Pil dan Suntik.

Ine mengakui, tidak mudah meyakinkan masyarakat untuk menjadi akseptor KB. Kurangnya pengetahuan, ketakutan, hingga adanya stigma tertentu terhadap KB membuat DPPKB harus mencari cara-cara yang efektif.

“Inilah tugas kita sebagai pemerintah untuk memberikan pengetahuan, mengedukasi masyarakat agar berkenan mengikuti program ini,” katanya.

Dia menambahkan, tahun ini DPPKB menargetkan ada penambahan 2000 akseptor KB yang akan dilakukan bersama tim di 1.672 pos KB di Kota Bandung terus menyosialisasikan pentingnya menjadi akseptor KB.

“Kami juga memprogramkan akseptor KB Lestari, yaitu menjaga agar yang sudah menjadi akseptor tetap bertahan, tidak drop out,” ungkap Ine.

Ine menambahkan, guna mempertahankan para akseptor KB, DPPKB senantiasa memberikan apresiasi secara berkala kepada mereka yang tetap melaksanakan KB dengan memberikan penghargaan.

“Kami beri reward berupa uang pembinaan ke mereka yang menjadi peserta KB Lestari, yang 10 tahun, 20 tahun, Mereka juga menjadi motivator bagi masyarakat lain agar mau ber-KB,” pungkas Ine. (mg3/yan) 

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan