Bappenas Soroti Indonesia Kekurangan Insinyur

JAKARTA – Menteri Peren­canaan Pembangunan Na­sional/Kepala Bappenas, Bambang PS Brodjonegoro, menyoroti kurangnya insi­nyur di Indonesia yang be­kerja.

”Indonesia kekurangan in­sinyur, perlu ditambah. Te­tapi masalah lainnya, masih banyak juga yang insinyur ternyata yang benar-benar kerja secara profesional se­suai bidangnya itu perban­dingannya hanya sekitar 5 ribu dari 100 ribu lulusan insinyur, di seluruh Indonesia,” ujar Bambang dalam meny­ampaikan paparannya di sebuah acara diskusi yang digelar oleh alumni ITB, di Jakarta, kemarin (22/11).

Lebih lanjut, dia mengatakan, minimnya jumlah insinyur tersebut menghambat kema­juan industri dan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi negara. Bambang menjelaskan, untuk mendorong pertum­buhan ekonomi perlu peran industri manufaktur dan in­frastruktur untuk mewujudkan reformasi struktural yang dapat memberikan nilai tam­bah, tidak bergantung hanya pada komoditasnya saja.

Bambang menilai, memaju­kan industri manufaktur sem­pat terlupakan, kala sektor komoditas sedang melejit. ”Artinya, adanya insinyur-insinyur profesional, dibutu­hkan kontribusi besar untuk kembali ke jalur yang benar, yaitu yang berbasis nilai tam­bah,” tutur Bambang.

Dengan begitu, berdasarkan perhitungannya, potensi per­tumbuhan PDB Indonesia dengan kondisi yang ada, hanya bisa di kisaran 5,3 per­sen saja. Karena, Indonesia masih punya dua hambatan, yakni belum optimal melaks­anakan apa yang negara mi­liki, dan kedua belum terlaks­anakan reformasi struktural.

”Indonesia cukup tumbuh 5,1persen untuk naik kelas dari negara low middle in­come ke upper midle income di 2020, lalu 20 tahun lagi sudah high income country, dan menjadi negara maju di 2040. Pada 2045, pendapatan per kapita Indonesia bisa di atas US$ 20.000 per tahun, rankingnya 4-7 ekonomi ter­besar di dunia,” pungkas Bambang. (gus/ign)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan