Atasi Banjir Bangun “Rem Air”

BANDUNG – Banjir jadi persoalan besar di kota Bandung, khusunya di wilayah Pagarsih. Alasan itu, pemerintah kota Bandung berencana menambah kolam retensi di Sirnaraga untuk menjadi pengereman manakala debit air meninggi.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandung Arief Prasetya mengatakan, untuk pembangunan kolam retensi Sirnaraga pemerintah Kota Bandung menyiapkan anggaran sebesar Rp10 Miliar. Kolam retensi tersebut akan dibangun seluas 500 meter persegi dan diperkirakan mampu menampung hingga satu juta liter air.

”Mudah-mudahan April sudah bisa lelang agar musim hujan berikutnya tidak ada lagi banjir di Pagarsih,” kata Arief saat Bandung Menjawab di Media Lounge Balaikota Bandung, kemarin (1/3).

Sebetulnya jelas Arief saat pemerintah kolonial dulu, sistem drainase kota Bandung sudah dirancang agar tidak banjir. Karena banjir ini kiriman dari atas, mulai dari hulu ada penampungan di beberapa tempat sampai di Karang Setra, Taman Maluku, dan sebagainya. Fungsinya sama, seperti rem air.

”Itu dulu untuk disiapkan 800 ribu jiwa penduduk kota .Tapi sekarang, penduduk sudah tumbuh sampai 2,4 juta jiwa. Maka kita perlu bangun sistem baru. Ada beberapa yang kita temukan untuk rem air itu. Tapi pas kita survei di tenggah-tenggahnya sudah ada rumah warga, jadi binggung,” jelasnya.

Pihaknya sedang merumuskan, mekanisme yang pas untuk membuat sistem rem air. Dan sedang dicicil satu persatu mengingat biaya yang dihabiskan akan sangat besar.

Selain itu, Pemkot juga telah meyiapkan untuk mengatasi banjir yang sering terjadi juga di kawasan Gedebage. Dengan dana serupa Rp10 Miliar untuk pembanguan kolam retensi Sarimas. Di kolam retensi Sarimas, dibuat empat kolam yang dirancang seperti bejana berhubungan. Manakala satu kolam penuh, maka air akan mengisi kolam yang lainnya. ”Kolam Sarimas di Arcamanik itu juga untuk menahan air dari utara yang vegetasinya juga sudah cukup menurun,” katanya.

Tak hanya itu, Arief juga menginisiasi akan mengaktifkan cucu-cucu sungai Cikapundung. Selama ini, air mengalir di 46 anak sungai Cikapundung. Pihaknya terus mengkaji gagasan tersebut.

”Kita ingin menghitung ulang manajemen perairan ini, berapa basemen air dan kolam air yang dibutuhkan. Cucu sungai mana yang kita bisa manfaatkan untuk mendukung ini. Yang perlu kita pertimbangkan adalah jangan sampai cucu air ini nanti menimbulkan persoalan baru,” terangnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan