#2019GantiPresiden Hancurkan Suara Golkar

JAKARTA – Ketua Dewan Perwakilan Pusat (DPP) Partai Golongan Karya (Golkar), Happy Boni Zulkarnain mengakui, kekalahan partainya di Pemilihan Kepala daerah (Pilkada) Jawa Barat (Jabar) karena derasnya gerakan 2019 Ganti Presiden yang dikampanyekan pasangan calon Gubernur Sudrajat dan Akhmad Syaikhu pada debat kandidat beberapa waktu lalu.

Pernyataan ini disampaikan Happy Boni saat menggelar pertemuan dengan Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Partai Golkar, sekaligus calon Wakil Gubernur Jabar Dedi Mulyadi di Kantor DPP Partai Golkar, Jalan Anggrek Neli Murni, Kemanggisan, Jakarta Barat, Senin (2/7).

”Ya, saya tadi ketemu dengan Dedi yah, bahwa dia menjelaskan yang menyebabkan suara dia tergerus itu arus ke bawah, arus ganti Presiden sehingga kemudian yang berpindah itu adalah orang orang yang merasa terpengaruh hastag itu,” kata Happy Boni kepada wartawan.

Dikatakan Happy Boni, Partai Golkar harus bekerja keras untuk melawan hastag 2019 Ganti Presiden ini, agar ke depan rakyat bisa memutuskan memilih Presiden pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 adalah figur yang baik.

”Nah untuk yang akan datang kita harus betul-betul memberikan satu trash yang bisa memberikan keyakinan bahwa Pilpres yang diputuskan adalah yang terbaik dalam pilihan kita. Bahwa orang berpikiran lain itu hak mereka,” ujarnya.

Lanjut Happy Boni, Partai besutan Airlangga Hartanto ini juga harus memberikan keyakinan pada konstituen agar mampu mengembalikan pemilih-pemilih Golkar di Jabar bisa kembali mengikuti keputusan partai saat Pilpres nanti. Selain itu, utusan-utusan partai yang turun langsung ke masyarakat harus benar-benar memiliki kemampuan komunikasi yang baik dalam membangun dialog dengan masyarakat, agar suara Golkar di Jabar kembali semula.

”Ya mengambil langkah-langkah untuk memberikan keyakinan pada konstituen ini harus diciptakan banyak ujung tombak, yang bisa menjadi duta-duta konstituen, keyakinan yang berbobot gitu, sehingga kemudian konsititusen meyakini keputusan. Ini kan kalau kita lihat kemarin, kejadina kemarin itu swing-voters yang dalam keadaan galau, bimbang lalu kemudian terpengaruh sementara, posisi kita apa namananya. Mereka yang berada di lapangan kurang mampu meyakinkan, sehingga perpindahan terjadi,” jelasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan