jabaekspres.com, BANDUNG – Banyak yang bertanya akan kemana Ahmad Heryawan berlabuh setelah selesai menjabat sebagai gubernur Jabar. Padahal, dengan kapasitasnya di kursi gubernur selama 2 periode, yaitu periode pertama 2008-2013 dan terpilih lagi di period ke dua 2013-2018, Heryawan masih berpotensi untuk naik lebih tinggi.
Berdasarkan konstitusi atau aturan negara Indonesia, seorang bisa menjadi gubernur maksimal 2 periode. Sehingga pria yang akrab disapa Aher itu tidak bisa lagi mencalonkan diri sebagai gubernur.
”Saya berpandangan, Aher cocok untuk menjadi menteri. Karena menjabat dua priode sebagai gubernur, maka Aher pasti paham betul pemerintahan,” tutur Pengamat Pemerintahan Universitas Bengkulu Fery Padli kepada Jabar Ekspres, baru-baru ini.
”Karena paham betul pemerintah, Aher cocok menjadi Mendagri,” sambungnya.
Meski begitu, sebagai ulama, Aher juga dipandang kompeten untuk menjadi dosen. Terlebih, Aher memiliki ilmu agama yang mendalam. Termasuk ilmu di bidang politik dan pemerintahan.
Soal politik dan pemerintahan, kata Fery, kapasitas Aher jauh melampaui dosen biasa. Sebab, dosen hanya bergelut dengan teori. Sedangkan Aher telah mendalami teori dan praktik selama 10 tahun.
”Sehingga Aher cocok untuk mengajar mata kuliah Pengantar Ilmu Politik, Administrasi Pemerintahan Daerah, hingga Pendidikan Agama Islam,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, Aher juga bisa mendirikan Yayasan Aher Foundation. Yayasan ini bisa bergerak di bidang apa saja: bidang pendidikan, kesehatan, pertanian, keagamaan dan lain-lain. ”Tergantung dengan minat Aher mau kemana,” ucapnya.
Di Bengkulu, kata dia, mantan bupati dua periode yang memiliki yayasan bergerak di bidang pendidikan. Dia memiliki sebuah universitas swasta yang peminatnya cukup banyak. Sampai-sampai disebut sebagai tokoh pendidikan.
Berkaca dari situ, jika Aher jadi penggagas sekolah gratis bertaraf internasional, tentu dia tidak hanya terkenal sebagai tokoh agama dan politik, tapi juga sebagai tokoh pendidikan Jawa Barat. ”Jika itu dilakukan, keren,” ucapnya lagi sambil menambahkan, Aher juga bisa menjadi penasehat gubernur.
Dari sekian banyak pilihan karir Aher pasca duduk di kursi gubernur, kata dia, ada satu pilihan yang bisa dilakukan yaitu menjadi presiden.
Menurut dia, Aher memiliki prestasi yang cemerlang semasa menjabat gubernur. Sangat disayangkan kalau Aher turun pangkat menjadi bupati apalagi kepala desa.
Tidak ada pilihan lain, kalau mau mengikuti jenjang karir yang menanjak selain jadi menteri, presiden atau berkarir di internasional menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PBB.
Bagi dia, langkah-langkah tersebut bukan hal yang mustahil bagi suami Netty Heryawan itu. Sebab, sontoh orang yang memiliki karir menjanjak adalah Jokowi.
Pertama jadi buruh kayu. Kemudian jadi pengusaha kayu. Masuk ke pemerintahan jadi wali kota. Banyak prestasi saat jadi wali kota dipilih sebagai gubernur DKI Jakarta.
Konsisten sederhana dan merakyat, bersih dari korupsi dan mau bekerja susah-payah untuk rakyat, akhirnya diangkat jadi presiden. Saat jadi presiden, juga memiliki segudang prestasi dan kebijakan yang tepat sasaran serta langsung mengena di hati rakyat. ”Begitu pun dengan Aher. Dia pasti bisa jika memang mau,” tegasnya.
Hanya saja, untuk dapat mengalahkan Jokowi di Pilpres 2019 tentu sangat susah. Prabowo saja, kata dia, rival Jokowi di Piplres 2014 yang lalu belum secara resmi menyatakan akan kembali bertarung melawan Jokowi.
”Nah, sebenarnya Aher bisa menjadi presiden tanpa perlu melawan Jokowi, apalagi melawan Prabowo dan SBY. Yaitu menjadi Presiden PKS,” pungkasnya. (rie)
PENGHARGAAN DARI PERGURUAN TINGGI
- Ganesa Prajamanggala Bakti Adi Utama, dari Institut Teknologi Bandung, Tahun 2011, atas jasa dan pengabdian dalam pembangunan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni di Jawa Barat.
- Most Distinguished Planning Innovation Award for Metropolitan Development, dari Institut Teknologi Bandung, Tahun 2013, atas inisiatif dan inovasi untuk pengembangan Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan di Jawa Barat.
- Padjadjaran Utama, dari Universitas Padjadjaran Bandung,Tahun 2013, atas pengabdian dan jasanya yang luar biasa dalam mendorong dan mengembangkan sumber daya manusia untuk peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Barat.
- Doktor Kehormatan (Doctor Honoris Causa)dari Youngsan University, Busan, Korea Selatan.
- Doctor Honoris Causa dalam Bidang Ketatanegaraan Islam (Siyasah Syaríyyah) dari Universitas Islam Nasional (UIN) Bandung.
PENGHARGAAN NASIONAL
- Menerima 172 Penghargaan Tingkat Nasional dari Berbagai Kementerian dan Lembaga, dalam kapasitas sebagai Gubernur Jawa Barat pada kurun waktu Juni 2008 – Desember 2014, termasuk 4 (empat) Satya Lencana dari Presiden Republik Indonesia.
- Anugerah Tokoh Perubahan 2011 dari Harian Umum Republika.
RIWAYAT PEKERJAAN
Selepas lulus dari bangku kuliah, Ahmad Heryawan mulai meniti karir sebagai pengajar dan mubaligh. Ia aktif mengajar di beberapa perguruan tinggi, antara lain: Pengajar Fakultas Tarbiyah Bahasa Arab dan Syariah, di Lembaga Dakwah Al-Hikmah Jakarta 1992-1994; Pengajar Fakultas Usuludin di Universitas Ibnu Khlaldun Bogor 1994-1996; Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta 1999-2008, dan Gubernur Jawa Barat 2008 sampai sekarang.
KARIR POLITIK
- Karir Ahmad Heryawan di dunia politik berawal dengan bergabungnya bersama Partai Keadilan (sekarang Partai Keadilan Sejahtera).
- Ahmad Heryawan terpilih menjadi salah satu anggota legislatif Provinsi DKI Jakarta pada Tahun 1999; sebagai Wakil Ketua DPRD Provinsi DKI Jakarta periode 2004-2009.
- Pada Tahun 2008 terpilih sebagai Gubernur Jawa Barat periode 2008-2013, dan terpilih kembali sebagai Gubernur Jawa Barat untuk masa bakti 2013-2018.
Sumber: Biro Humas dan Protokol Pemprov Jabar