Pro Kontra #DjanurOut

jabarekspres.com, BANDUNG – Kekalahan Persib Bandung atas Bhayangkara FC dengan skor telak 2-0, memang mematik protes yang luar biasa dari Bobotoh. Imbasnya sang pelatih, Djadjang Nurdjaman pun menyatakan untuk mundur.

Keinginan hengkangnya Djadjang Nurdjaman dari melatih Persib memang menuai pro dan kontra. Di sejumlah media sosial seperti twitter misalnya, bobotoh yang mengingkan Djanur – sapaan Djadjang Nurdjaman, untuk mundur makin menguat dengan tagar  #DjanurOut.

Namun tak hanya yang menginginkan mundur saja, ternyata masih ada supporter Persib lainnya yang mendukung kiprah Djanur.

”Djajang Nurjaman sudah memberikan kiprah terbaiknya sejak menjadi pemain, asisten pelatih, dan menjadi pelatih. Pasa masa-masa itu, predikat juara sudah diraih dan diberikan untuk Persib Bandung. Tak elegan bila kekalahan 2 pertandingan terakhir menjadi alasan untuk menuntutnya mundur. #janganmundurjang,” tulis pemilik akun Facebook Ude Dede Gunade.

Akun lainnya memberikan jawaban salahsatunya dari Guntur Kertabudi ”Itulah resiko pelatih di mana wae lamun menang pemain anu di sanjung 2 terus di kasih bonus jarang pelatih anu di alem tapi lamun eleh pasti wae meumeulit ka pelatih.”

Lain halnya dengan Arief Hakim dia menuliskan ”Ceuk kuring mah, persoalan pokoknya bukan pada 2 kekalahan, tapi pada menurunnya kualitas permainan persib, coba perhatikan sejak dimulai liga 1 ini grafik permainan persib tidak ada peningkatan, seringkali kemenangan diraih karena beruntung misalna meunang pinalti..itu yang membuat bobotoh menuntut jajang mundur. Mana hasil belajar dari intermilan teh, asa teu katempo..justru bobotoh mah geus dewasa ari meunang atawa eleh mah disepakbola biasa, asal maina hade, ngotot, jeung pake hate…tah kitu saur bobotoh mah.” sebutnya.

Tercatat, pelatih berusia 52 tahun itu mampu mengantarkan Persib menjadi juara Tiga kali dari berbagai ajang, sejak ditunjuk menjadi pelatih kepala pada 2012 lalu.

Pertama, Djanur berhasil membawa Persib menjuarai turnamen Celebes Cup II 2012. Kemudian, dia mengantarkan Atep dan kawan-kawan menjadi kampiun Indonesia Super League 2014, yang sekaligus mengakhiri dahaga 19 tahun tak pernah juara lagi pada kompetisi kasta tertinggi di Indonesia. Memori manis terakhir saat membawa Persib menjuarai Piala Presiden 2015.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan