jabarekspres.com, BALEENDAH – Memasuki musim penghujan, sebagian warga Kampung Sipatahunan, Kelurahan Baleendah, Kecamatan Baleendah justru mengalami krisis air bersih.
Akibat kesulitan air bersih ini, sebagian warga memanfaatkan air Situ Patahunan yang berjarak satu kilometer dari pemukiman warga. Bahkan, mereka rela mengangkut air dengan menggunakan direjen dengan didorong gerobak.
Salah seorang warga Kampung Sipatahunan, Ubun (48) mengatakan, dilimgkungan rumahnya sebetulnya dia memiliki sumur resapan. Namun, air yang dihasilkan sangat sedikit. Malah saat ini kering.
“Mungkin karena letak geografis Kampung ini yang berada didekat tebing batu, jadi kesulitan untuk mendapatkan air bersih,” kata Ubun saat ditemui, kemarin (12/10).
Ubun mengatakan, setiap hari dirinya harus berjalan sekitar satu kilometer untuk mendapatkan air dari Situ Sipatahunan. Dengan bermodalkan enam jeriken berukuran 30 liter dan sebuah gerobak, ia pastikan dalam sekali pengangkutan dapat memenuhi kebutuhan dalam satu hari.
“Ini saya lakukan setiap hari, mau gimana lagi kan susah dapat air kalau dari sumur,” ujar Ubun.
Namun, usahanya mengambil air ini harus rela berbagai dengan warga lainnya. Bahkan, untuk mendapatkan air dia harus rela menunggu 4 jam lamanya.
Ubun mengatakan, dirinya sama sekali belum pernah merasakan aliran Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) seperti pemukiman lain pada umumnya.
Salaha seorang warga lainnya, Yayat Ruhyat (51) mengatakan untuk menyiasati kesulitan air bersih di Kampung Sipatahunan, ia memanfaatkan air hujan untuk kebutuhan sehari-hari dengan cara menampung dari talang air pipa paralon.
“Alternatif kedua menampung air hujan,” kata Yayat.
Yayat bercerita, ketika musim kemarau lalu. Ia bersama warga lainnya harus mengantre selama 6 jam untuk mendapatkan air bersih, dikarenakan volume air di Situ Sipatahunan mengalami penurunan volume cukup drastis.
“Kemarau lebih parah, dalam waktu 24 jam Situ Sipatahunan dipenuhi mereka yang mengambil air,”tandasnya. (rus/yan)
